Alisya (18), juara atlet lari daerah dengan hambatan pendengaran, adalah lulusan salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jawa Barat. Pada tahun 2024, ia dan ibunya mengikuti pendampingan kewirausahaan dari Program Skills to Succeed dan berhasil merintis usaha minuman serbuk rempah. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari pelatihan keterampilan yang telah ia ikuti sebelumnya.
Skills to Succeed adalah program kesiapan kerja yang dijalankan oleh Save the Children bersama Yayasan IBU, dengan dukungan pendanaan dari Accenture. Salah satu fokus program adalah penguatan keterampilan nonteknis (soft skill) anak-anak remaja disabilitas serta orangtua mereka melalui beberapa kegiatan, seperti pelatihan keterampilan sosial-emosional, pelatihan komputer, dan pendampingan usaha.
Menjemput Peluang Wirausaha
Pelatihan keterampilan sosial-emosional memberi Alisya kepercayaan diri dan gambaran yang lebih jelas tentang masa depannya. Sebagai remaja dengan hambatan pendengaran, interaksi Alisya sebelumnya lebih banyak terbatas pada lingkungan dengan teman-teman dengan hambatan serupa. Kini, ia lebih percaya diri untuk mengejar cita-citanya menjadi pengusaha dan melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas.
Ketika program pendampingan kewirausahaan dari Skills to Succeed dibuka, pihak sekolah merekomendasikan Alisya dan orangtuanya untuk ikut serta. Alisya dan sang ibu akhirnya mengikuti program tersebut bersama sejumlah orangtua dan anak dengan disabilitas dari sekolah berbeda.
Wati (48), ibu Alisya, bercerita bahwa mereka memilih usaha produksi minuman serbuk jahe dan kunyit karena terinspirasi dari resep sang nenek serta kegemaran Alisya dalam bidang makanan dan minuman. Bisnis rintisan ini juga menjadi peluang bagi Wati, yang telah tinggal jauh di tanah rantau, untuk mewariskan pengetahuan resep keluarga kepada sang anak.




Dari Bimbingan Usaha hingga Dukungan Modal
Dalam tahap bimbingan usaha, Wati dan Alisya didampingi oleh tim dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Kota Cimahi sebagai mitra program. Mereka belajar tentang strategi produksi, harga, promosi, dan pemasaran.
Setelah itu, berbekal keterampilan komputer yang telah ia pelajari sebelumya, Alisya menyusun proposal bisnis bersama ibunya. Proposal mereka diterima oleh tim Skills to Succeed dan dihubungkan dengan peluang pendanaan dari salah satu program domestik di Save the Children, yaitu BESTARI. Singkat cerita, Alisya dan Wati berhasil mendapatkan dukungan modal usaha dari Save the Children Indonesia melalui BESTARI. Mereka gunakan itu untuk membeli peralatan dan bahan produksi.
Proses produksi serbuk jahe dan kunyit dilakukan di rumah. Mereka saling membantu dan berbagi peran, tetapi ini menjadi kesempatan baik bagi Alisya untuk belajar mandiri dan menjadi wirausaha. Wati sendiri telah membuka warung kecil di bagian depan rumahnya. Mereka menjual serbuk jahe dan kunyitnya di situ, selain juga menerima pesanan yang kadang datang.
Belajar Mandiri dan Menyiapkan Masa Depan
Meskipun usaha mereka baru berjalan, perjalanan Alisya bersama ibunya menjadi bukti bahwa remaja dengan disabilitas mampu berdaya melalui pelatihan dan pendampingan yang tepat. Mereka gembira dengan pengalaman bisnis rintisan ini. Meskipun skala produksi masih terbatas, mereka belajar banyak hal baru dalam berwirausaha.
“Sangat membantu buat Alisya merintis usaha, dapat mengelola keuangan, dalam (mendapatkan) modal, penjualan, dan hasil keuntungan walaupun sedikit – di samping Alisya memang latihan atletik (lari),” tutur Wati.

Alisya juga mengungkapkan kesannya.
“Bisa belajar pengalaman baru,” kata Alisya dalam bahasa isyarat melalui ibunya. Di rumah, sang ibu memang sering membantu komunikasi antara Alisya dengan orang-orang yang belum mengerti bahasa isyarat.
Wati berharap, usaha mereka terus berkembang dan Alisya semakin mampu belajar hidup mandiri dan mengejar impiannya.
“Harapan saya, Alisya saya bentuk supaya bisa mandiri. Nantinya enggak selamanya sama orangtua, jadi harus mampu mandiri dan berwirausaha, minimal untuk dirinya sendiri,” ungkap Wati.
