Shauma, anak berusia 19 bulan di sebuah desa di Sumedang, Jawa Barat, pernah dikategorikan berisiko stunting. Namun, upaya kolaboratif antara orangtua, kader kesehatan, fasilitas kesehatan lokal, dan tim program Save the Children membuahkan hasil, tumbuh kembang Shauma membaik. Ini adalah kisahnya.
“Awal ketemu Shauma, kalau dia dikasih makan, pasti dilepeh (mengeluarkan sesuatu yang sudah dikunyah),” kenang Deti, kader Posyandu yang juga memantau tumbuh kembang Shauma.
Deti adalah satu kader Posyandu di desa yang telah mendapat pelatihan dari tim Program BISA mengenai Emotional Demonstration (Emo-Demo). Ini adalah sebuah metode komunikasi interaktif, yang dirancang untuk mendorong perubahan perilaku terkait praktik pemberian makan bayi dan anak bagi ibu hamil dan pengasuh anak bayi bawah dua tahun (baduta). BISA, atau Better Investment for Stunting Alleviation, adalah sebuah program bersama antara Save the Children dan Nutrition International.
Setelah para kader menerapkan Emo-Demo dalam edukasi di Posyandu, mereka juga mendampingi keluarga baduta yang dikategorikan berisiko stunting. Deti bertugas mendampingi ibu Shauma. Dia berkunjung hampir setiap hari pada pekan pertama setiap bulan untuk memastikan keluarga Shauma menerapkan praktik yang lebih tepat terkait PMBA.
“Kader mendampingi, dari mulai cara menyajikan, mencari menu. Setiap pagi, kader pendamping ke rumah sasaran. Kalau ada masalah, dibantu,” kata Deti.
Enden, ibu Shauma, rutin datang ke Posyandu setiap bulan dan mengikuti sesi Emo-Demo. Baginya, Emo-Demo memudahkan dia dalam menyediakan asupan bergizi untuk mendukung tumbuh kembang Shauma. Meski demikian, ada tantangan lain. Shauma cukup sulit menyantap jenis makanan tertentu, seperti nasi dan sayur. Atas saran Deti, Enden lantas mengolah nasi atau makanan lain menjadi lebih menarik bagi anak. Misalnya, bola-bola nasi dengan sayuran cincang. Enden juga menambahkan telur pada menu harian Shauma.
Alhasil, Shauma mau makan dan perlahan mulai menunjukkan peningkatan tumbuh kembang.
Deti meyakini bahwa kunjungan rumah diperlukan untuk turut mendorong perubahan perilaku setelah sesi seperti Emo-Demo. Melalui Emo-Demo, kader mampu melihat kondisi pengasuhan secara menyeluruh dan membuka peluang bagi orangtua atau pengasuh untuk berdiskusi tentang tantangan yang dihadapi dalam melakukan praktik-praktik baru.
“Kalau enggak dibarengi kunjungan rumah, pasti susah (berubah),” kata Deti.
Keberhasilan Deti dan Enden dalam mendukung tumbuh kembang Shauma menunjukkan kekuatan kolaborasi berbagai pihak dalam pengentasan stunting. Ini diwujudkan melalui penyelarasan strategi perubahan perilaku dengan program pemerintah yang sudah ada sebelumnya.