Sejak tahun 2022, Save the Children Indonesia telah melaksanakan kampanye Aksi Generasi Iklim untuk meningkatkan kesadaran akan dampak krisis iklim terhadap kehidupan anak-anak. Memasuki tahun ketiga, kampanye ini semakin aktif dijalankan, seiring dengan dampak krisis iklim yang kian nyata dirasakan oleh anak-anak. Pada Agustus 2024, kampanye ini menggelar Kick-off Rally Nasional, yang berlangsung di delapan provinsi, mencakup Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Makassar, Palu, Bali, dan Sumba. Beragam kegiatan kreatif dihadirkan dalam kampanye ini untuk menggugah kepedulian masyarakat terhadap isu krisis iklim di setiap daerah.
Kampanye ini melibatkan kolaborasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) serta berbagai organisasi lokal, kampanye ini bertujuan menciptakan pendekatan yang sesuai dengan konteks lokal dengan memberikan ruang bagi anak dan orang muda di setiap daerah menyuarakan keresahan mereka secara langsung.
“Kemenko PMK memandang bahwa isu krisis iklim, adaptasi dan mitigasi iklim sangat penting bagi anak muda. Ini merupakan isu masa depan yang sangat strategis. Oleh karena itu yang perlu dilakukan dalam 100 hari ini (100 hari pertama kabinet Merah Putih) dengan dua hal. Pertama, memperluas dan mengembangkan ruang terbuka hijau dan lingkungan dari Kementerian atau lembaga kementerian dan pihak lain. Ini bisa diperkaya dengan kegiatan yang fokus pada pencegahan terhadap kerusakan lingkungan. Kedua, isu Aksi Generasi Iklim ini dimasukkan dalam pengembangan anak usia dini. Jadi sejak dini anak-anak, Ibu asuh, dan keluarganya dikenalkan dengan isu iklim bahwa itu adalah tentang kita semua. Jangan sampai di 2045 nanti, anak-anak kita bukan menjadi generasi emas tapi generasi cemas. Jadi, mari manfaatkan ruang terbuka hijau dan kita kembangkan lagi,” terang Imron Rosadi, Asisten Deputi Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Perjalanan kampanye dimulai dari Bali pada 3 November 2024 dengan kegiatan bertajuk “Festival Air: Meraya dan Bersuara”. Dalam suasana penuh semangat, anak-anak terlibat dalam berbagai kegiatan untuk membangun kesadaran dan mengedukasi tentang pentingnya akses air bersih. Ada juga kegiatan diskusi interaktif yang melibatkan para ahli dan pemangku kepentingan yang bersama-sama dengan anak-anak mencari solusi untuk tantangan air di Bali. Diskusi ini menyoroti pentingnya suara generasi muda dalam upaya pelestarian lingkungan.

Ardin (18), anggota Juru Kampanye Anak Bali, dengan lugas menyampaikan pendapatnya, “Kami merasakan dampak dari krisis air bersih akibat pencemaran sungai, perubahan pola curah hujan, peningkatan suhu, dan eksploitasi air berlebihan. Makanya, kami menyelenggarakan Festival Air untuk menampilkan kondisi air di Bali dulu dan kini untuk meningkatkan kesadaran anak-anak dan orang muda tentang isu krisis air bersih”
Dari Bali, kampanye berlanjut ke Yogyakarta pada 8 November, di mana Juru Kampanye Anak Jogja mengadakan kegiatan Goes to School. Dalam suasana akrab di sekolah, anak-anak belajar tentang dampak krisis iklim terhadap kehidupan mereka sehari-hari. Kegiatan Goes to School melakukan edukasi yang interaktif dengan booth-booth aktivitas menarik.
“Kita tadi mencari solusi tentang kekeringan. Kayak merangkai lego bagaimana kita dapat mengatasi kekeringan yang terjadi di lingkungan kita,” kata Bilqis (15), siswa yang antusias mengikuti kegiatan ini.

Pada 10 November, semangat kampanye merambah Makassar dan Jawa Barat secara bersamaan. Di Makassar, kegiatan Clean-Up Pantai Tanjung Bayang melibatkan anak-anak dan komunitas lokal untuk membersihkan sampah plastik di pesisir pantai. Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa krisis iklim memperburuk masalah sampah yang mengancam ekosistem laut.
“Di Makassar dan banyak wilayah pesisir di Indonesia, plastik telah mencemari lautan. Padahal, laut berfungsi sebagai penyerap karbon terbesar di dunia. Untuk itu, kami menginisiasi rangkaian aksi untuk meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya menjaga kebersihan laut. Sebagai upaya mitigasi terhadap perubahan iklim,” ungkap Reza, Juru Kampanye Anak Palu.
Sementara itu, di Jawa Barat, suasana semarak Fun Walk menggema dengan pesan untuk melawan polusi udara sebagai salah satu penyebab utama krisis iklim. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk hidup lebih ramah lingkungan dengan berjalan kaki dan menjaga kualitas udara di Jawa Barat.
“Melalui FUNWALK, kami mengajak anak-anak dan generasi muda menjadi bagian dari solusi nyata. Kegiatan ini bukan sekadar ajakan untuk berjalan kaki, tetapi sebuah langkah adaptasi dalam menghadapi parahnya polusi udara di Bandung,” jelas Rasyid, Juru Kampanye Anak Bandung.

Tidak berhenti di situ, pada 14 November, kampanye juga dilakukan di Sumba dengan tajuk Bumi Lestari Anak Terlindungi. Isu yang diangkat kali ini adalah percepatan siklus Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat perubahan iklim yang memperparah kesehatan anak-anak. Dalam kegiatan ini, aksi simbolis seperti penanaman pohon menjadi langkah nyata untuk melindungi lingkungan. “Kami ingin agar kasus DBD berkurang. Menanam pohon bisa membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat,” ujar Lia, seorang anak peserta dari Sumba.
Selanjutnya, di Palu pada 15 November, Festival Bumi Lentera digelar dengan fokus yang serupa, yaitu dampak krisis iklim terhadap meningkatnya kasus DBD. Juru Kampanye Anak Palu melakukan kegiatan Goes to School ke tiga daerah yaitu Palu, Sigi dan Donggala. Mereka memberikan edukasi di sekolah-sekolah tentang kesadaran krisis iklim dan bahayanya penyakit DBD. Aksi edukasi yang dikemas dengan permainan menarik membuat anak-anak punya keterlibatan aktif.

“Kami menyelenggarakan Festival Bumi Lentera sebagai puncak kegiatan kampanye. Pada Festival ini, kami mengumpulkan aspirasi anak dengan Canvas Bumi, Aksi edukasi dengan bermain Lego dan berdialog dengan pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah,” terang Riziq, Juru Kampanye Anak Palu.
Pada 16 November, Child & Youth Campaigner Jawa Timur turut berkontribusi dalam rangkaian kampanye melalui Festival Bebaskan Sungai dari Sampah yang dihadiri lebih dari 300 anak-anak dari forum-forum anak lintas daerah. Festival ini menghadirkan berbagai kegiatan seperti talkshow bertajuk “Bergerak Bersama Menjaga Daerah Aliran Sungai dari Sampah”, sesi hiburan, dan sejumlah sesi edukasi interaktif tentang isu sampah plastik, baik di panggung utama maupun booth pameran.
Salah satu momen reflektif adalah pembacaan puisi berjudul “Ke Mana yang Dulu” oleh perwakilan orang muda. Puisi ini menggambarkan kerinduan akan sungai yang bersih dan asri. Selain itu, ada juga kanvas komitmen bersama antara orang dewasa, anak-anak, dan orang muda yang hadir untuk berkontribusi nyata dalam menjaga kebersihan sungai dari sampah.
Puncak kampanye berlangsung di Jakarta pada 17 November dengan tema Sampah Plastik dan Krisis Iklim. Kegiatan ini menyoroti fakta bahwa sampah plastik tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga menjadi habitat nyamuk penyebab DBD.
Di moment Car Free Day (CFD) pada hari minggu, kegiatan bertajuk “PEDULI IKLIM BEBAS DBD” ini merupakan puncak acara dari rangkaian kampanye yang telah dilakukan oleh Juru Kampanye Anak Jakarta selama 5 bulan terakhir. Kegiatan ini meliputi jalan sehat, ratusan anak, orang muda serta para peserta CFD dapat menyaksikan mini talkshow , Pameran Edukasi, Permainan Interaktif tentang Krisis Iklim dan Cegah Demam Berdarah Dengue (DBD) serta kegiatan menarik lainnya. Beragam bentuk dialog, edukasi dan kompetisi di sekolah-sekolah juga telah dilakukan dengan tema mengusung sekolah anti jentik nyamuk DBD.

“Di acara ini saya melihat banyak sekali potensi yang bisa dikerjasamakan antara pemerintah dan anak-anak muda. Tentunya menghadapi berbagai permasalahan khususnya krisis iklim ini tidak mungkin pemerintah itu bekerja sendirian. Oleh arena itu, kami akan terus bekerja sama dengan lembaga masyarakat terutama Save the Children. Luar biasa bersama-sama menggabungkan segala energi yang ada di kami, di pemerintah, di masyarakat dan juga tentunya energi anak muda yang luar biasa ini. Ayo, kita gabungkan bersama-sama untuk kita melakukan gerakan yang diharapkan bisa menjadi gerakan anak muda di Indonesia,” ungkap Endah Sri Rezeki, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Sipil, Informasi, dan Partisipasi Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
“Save the Children Indonesia berkomitmen untuk menjalankan kampanye nasional yang bertujuan mengurangi dampak krisis iklim, yang saat ini sudah dirasakan oleh anak-anak dan masyarakat. Melalui kampanye Aksi Generasi Iklim yang telah berlangsung selama tiga tahun, kami memberikan ruang bagi anak-anak untuk menyuarakan aspirasi mereka. Partisipasi anak menjadi prioritas dalam setiap kegiatan, mendorong mereka untuk memulai gerakan di komunitas masing-masing sekaligus menginspirasi anak-anak lain dan masyarakat umum untuk ikut terlibat,“ jelas Tata Sudrajat, Interim Chief Advocacy, Campaign, Communication & Media Save the Children Indonesia.
Kegiatan Kampanye Aksi Generasi Iklim ini berhasil menggugah kesadaran ribuan masyarakat, terutama generasi muda, untuk berperan aktif dalam menjaga lingkungan. Kini #SekarangSaatnya kita semua bergerak bersama, karena masa depan bumi adalah tanggung jawab kita bersama.