Kelompok Anak dan Orang Muda Save the Children Berbagi Gagasan dalam Kongres Nasional Pertama

Berita

Save the Children Indonesia bersama sejumlah anak-anak dan orang muda untuk pertama kalinya mengadakan Kongres Nasional Kelompok Anak dan Orang Muda di Jakarta pada 24-25 Mei 2024. Pesertanya adalah para perwakilan kelompok-kelompok anak-anak dan orang muda dari berbagai program dampingan Save the Children di Indonesia. Mereka berasal dari Aceh, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, hingga Sulawesi Selatan.

Dalam program-program Save the Children, terdapat beberapa kelompok anak-anak dan orang muda berbeda, termasuk Children and Youth Advisory Network (CYAN). Kelompok-kelompok ini dibentuk dan difasilitasi Save the Children sebagai bagian dari upaya memperdalam partisipasi anak dan orang muda. Anak-anak dan orang muda tidak hanya jadi penerima manfaat, tetapi juga mampu berdaya dalam menyuarakan dan mengklaim hak-hak mereka sendiri.

Kongres bertujuan menyamakan persepsi mengenai beragam kelompok tersebut, merumuskan panduan tata kelola kelompok, menyusun kepengurusan periode 2024-2026, serta menetapkan isu prioritas dan rencana kegiatan. Selain itu, kongres ini juga menjadi kesempatan bagi Save the Children untuk mengevaluasi partisipasi anak dan orang muda dalam program.

Salah satu topik evaluasi adalah perihal sustainability atau keberlanjutan program.

“Kebetulan, kami, setelah sudah lulus, banyak anak yang tanya terkait programnya. ‘Kak, ada lagi enggak program dari Save the Children? Soalnya kami juga mau ikut,'” tutur Sandy (18), perwakilan kelompok anak dan orang muda dari Sumba Barat. “Kami dan kakak-kakak yang sudah ikut kegiatan dan bisa membantu warga-warga yang kesulitan, membuat mereka termotivasi untuk ikut kegiatan. Semoga bisa lebih memperbanyak kegiatan-kegiatan seperti itu.”

Salah satu isu lain yang dibahas dalam forum adalah soal akses yang belum merata di luar Pulau Jawa. Tidak tersedianya toko buku adalah contoh kasusnya.

“Teman-teman dari Sumba cerita, tidak ada toko buku di sana. Nah artinya perbedaan akses seperti itu tidak bisa menghasilkan hal yang sama (dengan di Pulau Jawa),” kata Surya, perwakilan dari Bandung. “Sudah seharusnya (anak-anak) diberikan akses yang sama dalam dunia pendidikan. Contoh lain, asuransi rekomendasi beasiswa atau apapun yang akan menunjang ke depan.”

Advocacy Coordinator Save the Children Indonesia, Rendiansyah Putra, menjelaskan bahwa anak-anak dan orang muda memiliki potensi besar untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Salah satunya menyampaikan persoalan dan aspirasi lewat kongres ini. Tim Save the Children telah menyesuaikan kongres ini agar lebih menyenangkan dan tidak menimbulkan beban negatif bagi peserta.

Rendi menyebut bahwa dalam kongres, para peserta benar-benar paham dalam menyampaikan suara mereka masing-masing. Mereka juga dapat merepresentasikan suara dari teman-teman mereka yang tidak dapat hadir dalam kongres.

“Ini terlihat dari bagaimana mereka menyampaikan pendapat, memahami setiap pasal yang ada di dalam anggaran dasar/rumah tangga (kelompok anak dan orang muda), serta tata tertib persidangan. Mereka paham apa yang mereka inginkan,” jelas Rendiansyah.

Kongres pertama ini telah menghasilkan beberapa hal. Salah satunya adalah memperkuat peran CYAN. Sejak terbentuk pada tahun 2020, CYAN telah menjadi wadah bagi anak-anak dan orang muda dampingan Save the Children Indonesia untuk secara sukarela menyuarakan pendapat terkait kebijakan dan proses pengambilan keputusan Save the Children Indonesia, serta terlibat dalam proses kebijakan dan pengambilan keputusan Pemerintah Indonesia untuk isu hak-hak anak. Berdasarkan kongres ini, CYAN juga akan berperan memperkuat kolaborasi antar kelompok anak-anak dan orang muda dari program-program Save the Children Indonesia.

Teks: Susmita Eka Putri, Purba Wirastama
Foto: Susmita Eka Putri / Save the Children
scroll to top button