Mari kita bayangkan secara imaginer, ada seorang pimpinan kepala daerah, Beliau menyadari bahwa wilayahnya menghadapi tantangan serius dalam menangani dampak perubahan iklim yang semakin nyata. Fenomena iklim ekstrem dan perubahan iklim berpotensi menimbulkan bencana yang dapat mengancam pencapaian target pembangunan yang telah direncanakan. Menyadari hal ini, Kepala Daerah mengarahkan agar instansi-instansi terkait segera menyusun kajian kerentanan dan adaptasi perubahan iklim. Langkah ini tidak hanya penting untuk memastikan keberlanjutan pembangunan tetapi juga untuk melindungi kelompok-kelompok rentan, terutama anak-anak yang masa depannya sangat tergantung dengan tindakan saat ini.
Memahami Sensitivitas Terhadap Risiko Iklim pada Kelompok Anak dan Rentan
Kajian strategi adaptasi perubahan iklim adalah elemen kunci dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan kebijakan tata ruang karena membantu mengidentifikasi kerentanan dan risiko di berbagai sektor. Dengan pemahaman ini, perencanaan tata ruang dapat disesuaikan untuk meningkatkan ketahanan ekosistem dan masyarakat, serta mengurangi kerugian ekonomi dan sosial. Kajian ini juga mendukung kepatuhan terhadap regulasi iklim, meningkatkan kesadaran publik, dan memungkinkan evaluasi efektivitas strategi adaptasi, sehingga berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang tangguh dan berkelanjutan.
Dalam kajian, penilaian sensitivitas dan kapasitas adaptif anak-anak serta kelompok rentan lainnya merupakan dimensi yang sangat penting. Anak-anak dan kelompok rentan sering kali menghadapi dampak perubahan iklim yang lebih berat dibandingkan dengan kelompok lainnya, baik dari segi kesehatan, akses terhadap sumber daya, maupun keselamatan. Oleh karena itu, memahami sensitivitas mereka terhadap risiko iklim—seperti bencana alam, perubahan pola cuaca, dan penurunan kualitas lingkungan—serta menilai kapasitas adaptif mereka, yaitu kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi dengan perubahan tersebut, sangat penting untuk merancang strategi adaptasi yang efektif dan inklusif serta memastikan perlindungan yang lebih baik dan dukungan yang memadai bagi kelompok-kelompok yang paling rentan ini.
Sementara itu, kelompok rentan lainnya, seperti masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam atau kelompok dengan kondisi ekonomi lemah, juga memerlukan perhatian khusus. Mereka seringkali memiliki kapasitas adaptasi yang lebih rendah dan lebih mudah terpengaruh oleh perubahan iklim. Misalnya, petani yang bergantung pada pola curah hujan untuk bercocok tanam atau nelayan yang tergantung pada kondisi laut, akan menghadapi risiko lebih tinggi jika terjadi perubahan iklim yang drastis.
Kajian kerentanan adalah langkah awal yang krusial dalam menyusun strategi adaptasi perubahan iklim. Proses ini melibatkan pengumpulan dan analisis data mengenai risiko iklim, dampak, dan kapasitas adaptasi yang ada. Dengan melibatkan lintas instansi dan lembaga, Lembaga Swadaya Masyarakat/Organisasi Masyarakat Sipil (LSM), kelompok masyarakat rentan seperti nelayan dan petani, media, serta akademisi, bahkan sektor bisnis dan industri. Peran dunia usaha dan industri, tidak sebatas untuk menjalankan fungsi Corporate Social Responsibility (CSR), namun lebih daripada itu, menginternalisasikan agenda perubahan iklim ke dalam skema, inovasi dan rencana bisnis. Hasil kajian ini dapat memberikan rekomendasi yang relevan dan terukur
Hasil kajian kemudian menjadi dasar bagi perencanaan anggaran dan penyusunan strategi adaptasi, baik pada tingkat masyarakat maupun rencana bisnis dan industri yang berkelanjutan bahkan rencana aksi pemerintah. Untuk yang terakhir ini, rencana ini tentunya juga harus disetujui dan memperoleh dukungan dan penganggaran dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Manfaat lainnya, hasil kajian menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam menentukan prioritas aksi adaptasi perubahan iklim serta sebagai acuan atau referensi dalam bekerjasama dengan para pemengku kepentingan lainnya, seperti lembaga donor dan organisasi masyarakat sipil.
Kesimpulan
Melalui kajian kerentanan yang komprehensif dan inklusif, serta dengan fokus pada perlindungan anak-anak dan kelompok rentan, kita dapat mengembangkan strategi adaptasi perubahan iklim yang lebih efektif. Pendekatan ini tidak hanya melindungi masyarakat dari dampak perubahan iklim tetapi juga memastikan bahwa pembangunan tetap berkelanjutan dan inklusif. Keberhasilan dalam menghadapi perubahan iklim memerlukan komitmen dan kolaborasi dari semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor bisnis dan industri.