Deklarasi Bersama dan Manifesto Aksi Generasi Iklim 2024: Perkuat Peran Anak dan Orang Muda dalam Merespon Krisis Iklim 

Berita

Krisis iklim telah menjadi tantangan global yang dampaknya dirasakan langsung oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk anak-anak dan generasi muda di Indonesia. Anak berhak untuk hidup, tumbuh, belajar, dan bermimpi tanpa ancaman krisis iklim.  

Merespons tantangan ini, sejak tahun 2022 Save the Children telah menjalankan kampanye Aksi Generasi Iklim. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang mengancam kehidupan anak-anak. Pada tahun 2024, kampanye ini semakin meluas dengan pelaksanaan Kampanye Rally Nasional secara serempak di delapan provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Makassar, Palu, Bali, dan Sumba. 

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan kampanye, Festival Aksi Generasi Iklim yang digelar pada 7 Desember 2024 menjadi puncak acara. Dalam festival ini, kelompok anak dan orang muda, termasuk Child Campaigner, Child and Youth Advisory Network (CYAN), dan Forum Anak Nasional (FAN), mengambil peran utama dengan meluncurkan Deklarasi Bersama dan Manifesto Aksi Generasi Iklim 2024.  

Deklarasi Bersama dan Manifesto ini mencerminkan komitmen kolektif dari berbagai pihak—pemerintah, mitra, organisasi masyarakat, media, serta anak-anak dan generasi muda—untuk bersama-sama menghadapi krisis iklim. Kedua dokumen ini menegaskan pentingnya peran generasi muda sebagai aktor utama dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap krisis iklim, demi masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan untuk anak. 

Deklarasi Bersama dibacakan oleh Dessy Kurwiany Ukar, CEO Save the Children, bersama Woro Srihastuti Sulistyaningrum, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda di Kemenko PMK. Setelah pembacaan, dokumen deklarasi ditandatangani oleh perwakilan pemerintah, mitra organisasi lokal, dan kelompok anak sebagai simbol komitmen bersama. 

Sementara itu, Manifesto Aksi Generasi Iklim dirancang dan dibacakan oleh anak-anak dan orang muda yang tergabung dalam CYAN (Child and Youth Advisory Network) dan Forum Anak Nasional (FAN). Manifesto ini menyampaikan aspirasi mereka kepada pemangku kebijakan, orang dewasa, dan masyarakat luas untuk lebih peduli, serius menanggapi isu krisis iklim, serta melibatkan anak-anak secara bermakna dalam proses pengambilan keputusan. 

“Manifesto ini tercipta dari kesadaran anak-anak dan orang muda yang merasakan dampak nyata krisis iklim, dan menuntut untuk tidak lagi dianggap sebagai pihak yang tak berdaya. Sebagai pewaris masa depan, mereka bersuara untuk menegaskan bahwa krisis iklim adalah krisis hak-hak mereka, dan bahwa masa depan bumi yang layak dihuni bergantung pada langkah kita hari ini. Bumi bukan hanya milik yang telah ada, tetapi juga untuk mereka yang akan datang,” ungkap Rasyid (24), Ketua Child and Youth Advisory Network (CYAN). 

“Tujuan dari manifesto dan deklarasi ini adalah untuk mengajak dunia mendengar suara anak-anak, melibatkan mereka dalam setiap kebijakan yang berdampak pada hidup mereka, dan mendorong aksi nyata untuk menyelamatkan bumi, demi masa depan yang lebih berkelanjutan dan penuh harapan,” tambahnya. 

Isi Deklarasi Bersama 

Kami menyadari bahwa krisis iklim berdampak langsung pada kehidupan anak dan orang muda. Oleh karena itu, penting untuk mendukung dan memperkuat peran serta mereka dalam merespon tantangan tersebut. Bersama ini, kami perwakilan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Mitra Pembangunan, Organisasi Masyarakat Sipil, Korporasi, Media, Anak dan Orang Muda menyatakan komitmen untuk:  

  1. Meningkatkan kapasitas dan pengetahuan anak dan orang muda mengenai krisis iklim, dampaknya bagi anak dan orang muda, serta kemampuan untuk merespon krisis iklim.  
  1. Melibatkan dan memberikan ruang yang aman, inklusif, dan menyenangkan bagi anak dan orang muda, baik untuk menyampaikan pendapat maupun melakukan aksi dalam mengantisiasi dan merespon dampak krisis iklim sesuai dengan kapasitas, kebutuhan dan konteks lokal.  
  1. Mempertimbangkan kepentingan dan pandangan anak dan orang muda dalam proses dan pengambilan keputusan mengenai kebijakan dan program terkait iklim.  
  1. Memperkuat program, kebijakan, dan sumber daya pendukung dalam upaya mengatasi krisis iklim dan dampaknya pada kehidupan anak dan orang muda.   
  1. Bekerja bersama lintas sektor antara pemerintah, mitra pembangunan, masyarakat sipil, akademisi, korporasi untuk menemukan solusi yang inovatif bersama anak dan orang muda dalam menghadapi krisis iklim 

Isi Manifesto 

Kami mengikat tekad untuk melindungi anak-anak masa depan indonesia dari krisis iklim. Suara kami penting untuk didengarkan dan dipertimbangkan, Libatkan kami dalam setiap proses pengambilan keputusan yang akan berdampak pada kami. Karena kami  

Kita akan bergerak! Bumi bukan sekedar objek pasif. Cintai dan rawat bumi, dan pelajari cara menjaganya sejak dini. Beraksi dimulai dari kita untuk memastikan bumi tidak semakin memanas. Kita adalah pewaris harapan yang bisa menjaga bumi tetap hidup dan layak untuk kita tinggali. 

Kita akan bergerak! Keputusan ayah dan bunda akan berdampak pada hidup kami. Buatlah kebijakan dan program yang berpihak pada pada kami, anak dan orang muda serta berpihak pada kelangsungan hidup yang berkelanjutan. Investasi penjagaan pada alam adalah investasi pada kehidupan. 

Krisis iklim bukan hanya tentang kami, ini tentang ayah-bunda, teman-teman dan kita semua yang ada disini. Ini butuh kolaborasi dalam aksi nyata membantu kami dalam menghadapi krisis iklim. Bersama kita berpegang pada prinsip hidup berkelanjutan demi hari ini dan masa depan yang lebih baik. 

Tanggapan Perwakilan Pemerintah 

“Saya sangat menghargai dan berterima kasih kepada Save the Children Indonesia dan kementererian lembaga terkait dan berbagai pihak yang telah mendukung Festival Aksi Generasi Iklim ini. Saya bangga dengan aksi nyata adik adik para Child Campaigner yang telah berusaha mengarusutamakan krisis iklim dan pentingnya keterlibatan kita semuanya juga keterlibatan anak untuk melakukan mitigasi, antisipasi dan adaptasi atas krisis iklim yang mengancam kehidupan kita. Saya percaya bahwa anak-anak, generasi muda mampu berperan aktif dan strategis dalam menyuarakan potensi krisis iklim dalam meningkatkan kesadaran publik,” ujar Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., Menteri Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. 

“Saya tertarik dengan tema yang dipilih, seperti air, sampah bahkan penyakit. Ini adalah tema-tema yang sangat erat dengan dampak perubahan iklim. Anak-anak ini adalah pelopor. Ajak adik-adik yang lain supaya memiliki kesadaran bersama. Karena kalianlah yang akan jadi menusia di masa yang akan datang untuk bumi ini. Apa yang kalian kerjakan sekarang itu akan berdampak di bumi yang akan datang. Saya senang dengan kerja adik-adik, Kementerian Kesehatan mendorong kerja bersama untuk (isu krisis iklim) ini,” tanggap Donal Simanjuntak, Ketua Tim Kerja Adaptasi Perubahan Iklim dan Kebencanaan Lingkungan Kementerian Kesehatan. 

“Kami dari kemenko PMK, speechless. Tidak bisa ngomong dengan apa yang ditampilkan anak-anak. Inspiring. Luar biasa! yang hebat itu, pertama dari idenya. Lalu, yang kedua, dari gagasan yang diangkat. Kok bisa ya anak-anak jaman sekarang ngomong fasih tentang lingkungan? Luar biasa. Saya tulus berdoa ya agar anak-anak menjadi pemimpin masa depan. Masa depan adalah milik kalian!” puji Imron Rosadi, Asisten Deputi Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. 

“Melihat aksi anak-anak dalam festival ini sangat mengharukan sekali. Artinya generasi-generasi kita sudah cukup tumbuh pemahaman yang sangat luar biasa. Dengan apa yang anak-anak tampilkan, kita harus mau mengajak. Kalian adalah influencer, champion, yang bisa merubah generansi-generasi berikut untuk mulai sadar dengan masalah ini. Hal yang paling sederhana adalah merubah perilaku. Ke depan, (perbanyak) ajakan-ajakan untuk mau mengelola lingkungan, mau bertanggung jawab pada sampah sehingga air, tanah dan udara kita terlindungi untuk kehidupan kita ke depan,” ujar Heny Puspita, JF Ahli Penyuluh Lingkungan Hidup, Direktorat Penanganan Sampah, Kementerian Lingkungan Hidup. 

Teks: Justicia Estetika Maulida
Foto: Save the Children
Skip to content scroll to top button