Airin dan Aruna Berbagi Praktik Baik di Adolescent Wellbeing Learning Event (AWLE) 2023

Cerita Penggerak

Airin (17) dan Aruna (18) mewakili Save the Children Indonesia untuk berbagi praktik baik dalam acara Adolescent Wellbeing Learning Event (AWLE) di Den Haag, Belanda pada 20 Juni 2023. Keduanya berbagi cerita tentang pengalaman menyuarakan inisiatif mereka dalam kegiatan advokasi hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR) serta hak perlindungan anak di dunia digital.

AWLE 2023 diselenggarakan oleh Adolescent Wellbeing Task Team dari Save the Children International sebagai kegiatan pembelajaran global. Tujuan acara ini adalah untuk berbagi cerita praktik baik lintas tematik dan berdiskusi tentang peluang dan tantangan untuk meningkatkan kinerja program untuk remaja dan orang muda. Hasil dari acara ini akan digunakan sebagai kontribusi pada Global Forum for Adolescent.

Dalam acara ini, Save the Children International memberikan panggung kepada remaja dan orang muda untuk menceritakan praktik baik di depan perwakilan Save the Children dari berbagai negara, beberapa di antaranya dari Inggris, Amerika, Kanada, Denmark, Albania, dan Italia. Airin dan Aruna berbagi dalam salah satu sesi tersebut.

Airin telah aktif memperjuangkan hak anak sejak bersekolah di jenjang SMP. Ia adalah salah satu anggota Klub Kawato yang merupakan grup belajar HKSR untuk anak-anak. Melalui Klub Kawato ini, Airin belajar tentang HKSR, seperti pubertas, menstruasi, gender, dan kesehatan reproduksi.

Airin bercerita, ia menyadari beberapa anak perempuan di daerahnya sering begadang ketika menstruasi dan terjangkit anemia. Ini karena minimnya informasi tentang menstruasi dan kesehatan reproduksi yang mereka dapatkan. Untuk mengatasi hal ini, Airin melakukan advokasi ke Puskesmas untuk pemberian obat penambah darah dan sosialisasi HKSR di sekolah.

“Di Sumba, 7 dari 10 remaja rawan mengalami anemia saat periode datang bulan. Selain itu, kurangnya informasi tentang menstruasi, karena dianggap tabu, menjadikan menstruasi sebagai bahan lelucon dan membuat anak perempuan cenderung di-bully oleh anak laki-laki di SMP,” ungkap Airin.

Berbeda dengan Airin, Aruna bercerita tentang proses advokasi HKSR melalui konferensi UN Commision on the Status of Women (CSW) 2023 di Ney York pada Maret lalu. Pesan advokasi yang ia suarakan adalah prioritas pendidikan HKSR dengan bahasa yang ramah anak serta memperkuat regulasi dan mekanisme pelaporan kekerasan berbasis gender di ranah daring.

“Menjadi bagian dari program Save the Children membuat saya sadar pentingnya partisipasi anak dalam proses perencanaan dan implementasi kebijakan ataupun program,” ucap Aruna.

Selain Airin dan Aruna, Max dari Save the Children Albania juga hadir sebagai perwakilan remaja. Di AWLE, mereka belajar membuat presentasi singkat (pitch deck) untuk mengasah kreativitas mereka dalam menyelesaikan isu sosial.

Setelah bercerita praktik baik dan belajar, Airin dan Aruna memberikan rekomendasi untuk program pengembangan orang muda di Save the Children. Rekomendasi mereka antara lain: pengembangan kapasitas untuk orang muda, melingkupi advokasi, kepemimpinan, public speaking, dan memperluas jaringan; kepastian pemerintah dalam melibatkan partisipasi anak dalam proses pengembangan kebijakan; dan seed grand untuk program gerakan orang muda dan kegiatan pengasuhan positif, seperti pengasuhan setara serta tanpa kekerasan.

Penulis: Justicia Maulida, Metri Wulandari
Editor: Purba Wirastama
scroll to top button