Sejarah kami dimulai pada tahun 1919, ketika Eglantyne Jebb meluncurkan Save the Children Fund di London setelah Perang Dunia I – pada era yang sama ketika pandemi influenza 1918 melanda.
Aksi Jebb pun segera menjadi gerakan global pertama untuk anak-anak. Sebagai orang yang blak-blakan bicara tentang anak-anak, Jebb mengambil sebuah langkah yang historis: menyusun draf Deklarasi Hak-hak Anak yang kemudian diadopsi oleh Liga Bangsa-bangsa pada 1924.
Draf-draf ini diadopsi oleh PBB pada 1989 sebagai Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak. Ini menjadi perjanjian hak asasi manusia yang paling universal dalam sejarah.
Di Indonesia, Save the Children telah beroperasi sejak 1976. Pada tahun 2004, kami termasuk yang pertama turun dalam tanggap darurat tsunami Aceh. Program tanggap darurat ini berjalan lima tahun dan menjadi yang terbesar dalam sejarah kami.
Pada 2004, Yayasan Sayangi Tunas Cilik muncul sebagai entitas lokal dari Save the Children di Indonesia. Save the Children di Indonesia adalah bagian dari gerakan global Save the Children yang bekerja di lebih dari 120 negara dan 6 benua.
Sejak Desember 2019, Save the Children Indonesia secara resmi telah berubah dari “country office” menjadi “associate member” dari gerakan global Save the Children. Perubahan status ini memungkinkan Save the Children Indonesia bekerja lebih mandiri untuk memperjuangkan hak-hak anak di Indonesia.