Anak-anak Sumba menunjukan kepedulian mereka terhadap isu krisis iklim yang melanda bumi dan isu lingkungan yang mereka hadapi, melalui Buku Kumpulan Tulisan Terbaik Anak Sumba Tentang Kecintaan pada Lingkungan. Terdapat 20 pikiran terbaik anak dalam bentuk artikel, opini, tulisan puitis, dan cerita pendek yang diseleksi dari 61 peserta kompetisi menulis.
Para penulis ini merupakan anak-anak yang berasal dari Sumba Barat dan Sumba Timur yang menunjukkan perhatian mereka pada isu lingkungan melalui minat dan bakatnya di bidang menulis. Para penulis cilik ini datang dari wilayah yang memiliki tingkat kerentanan terhadap risiko kekeringan, banjir, kebakaran hutan, tanah longsor, dan cuaca ekstrem (BPBD, 2023).

“Saya merasa sedih dan sangat khawatir dengan masa depan daerah saya. Melihat banyaknya persoalan yang berkaitan dengan kesejahteraan hidup manusia di sekitar saya, ternyata semuanya bersumber dari kesadaran masyarakat sendiri yang sangat rendah dalam menjaga kelestarian alam,” ujar Claudia yang mengutarakan kekhawatirannya terhadap kondisi alam sekitarnya dalam artikel yang berjudul Saya Cemas, Alam Sumba Mulai Tidak Lestari.
Sementara itu Aswinmar salah seorang pemenang penulis anak menceritakan perasaannya terlibat dalam penulisan buku ini.
“Dengan menulis, kita sedang mengungkapkan perasaan kita terhadap alam sekitar dan juga manusia. Saya merasa anak di pelosok tidak bisa bersaing dengan anak-anak di Kota. Ternyata, kami di pelosok bisa menulis dengan baik seperti anak di Kota,” ujarnya.
Para guru di Sumba pun merasa bangga terhadap kepiawaan anak Sumba menuangkan ide yang berasal dari kepedulian mereka akan lingkungan dalam bentuk tulisan.
“Ternyata anak Sumba memiliki potensi yang perlu terus diasah. Selama ini kami pikir, potensi anak-anak biasa saja. Dengan kompetisi menulis, telah memotivasi anak-anak untuk menuliskan perasaannya terhadap lingkungan,” ujar Anggriani Kaka, Kepala sekolah SMP Negeri 1 Tana Righu.
Buku Kumpulan tulisan ini terbit sebagai bagian dari Progam Remaja Berdaya Bumi Sehat dan Ceria oleh Save the Children Indonesia berkerja sama dengan Perkumpulan Stimulant Institute Sumba dalam program BESTARI (Bangun Generasi Tangguh dan Mandiri).
Program menargetkan dua perubahan isu yaitu pada tingkat pola pikir dan perilaku pada anak-anak dan komunitasnya terhadap lingkungan. Dorongan perubahan diinginkan terjadi pada tingkat komunitas, keluarga, individu dan institusi (pendidikan).

“Maka untuk mewujudkannya, berbagai bentuk kegiatan dilakukan seperti aksi terbuka dan kompetisi. Aksi terbuka dalam bentuk pengolahan sampah padat dan cair, penanaman pohon, dan pengembangan lubang resapan biopori. Juga melalui kompetisi dengan tema kelestarian ekosistem meliputi menulis, podcast, dan pengembangan lubang resapan biopori,” jelas Mahyuddin Hatma, Program Manager BESTARI Save the Children.
“Ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap alam sudah ada dalam diri mereka. Anak-anak ini hanya membutuhkan wadah dan ruang untuk mengekspresikan kepedulian tersebut. Ketika ruang itu terbuka melalui program BESTARI (Bangun Generasi Tangguh dan Mandiri) mereka menyambutnya dengan antusias melalui karya dan tindakan nyata,” ujar Stepanus Makambombu, Direktur Perkumpulan Stimulant Institute.
Mari baca lebih lengkap tulisan anak-anak dari Sumba tentang kepedulian mereka terhadap lingkungan.