Berita

Satu Panggung, Seribu Mimpi: Cerita Inspiratif dari Dream Festival 2025 

Pada 29 Juni 2025, lebih dari 1400 orang, termasuk sekitar 250 anak dengan disabilitas, berkumpul di Plaza Balai Kota Bandung untuk menghadiri Dream Festival 2025. Festival ini menjadi ruang hangat di mana anak-anak dapat bermimpi, berekspresi, dan merasa diterima. Perayaan ini menggabungkan edukasi, seni, layanan, dan cerita inspiratif, menghadirkan pengalaman yang menyentuh hati semua peserta. 

Pengalaman Bermakna di Berbagai Booth 

Dream Festival juga menjadi bukti nyata kolaborasi Save the Children Indonesia dengan berbagai mitra, seperti Pemerintah Kota Bandung, DP3A, Disdukcapil, RBM, dan organisasi lokal lainnya, untuk menciptakan pengalaman inklusif di berbagai booth. 

Salah satu booth yang menarik perhatian adalah booth Pusbisindo Jawa Barat, yang menghadirkan sesi pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Anak-anak dan orang tua belajar langsung menyapa dengan bahasa isyarat, menciptakan suasana penuh antusias dan empati.  

Selain itu ada booth Sentra Wyata Guna yang juga banyak dikunjungi karena memperkenalkan teknologi Braille dan suara sintesis gawai, sehingga pengunjung dapat merasakan langsung bagaimana teman tunanetra mengakses informasi. Tidak kalah menarik, booth Konsultasi Psikolog dan Pekerja Sosial menjadi ruang aman bagi keluarga untuk berdiskusi dan berkonsultasi seputar pendampingan anak dengan disabilitas. 

Hal menarik juga datang dari booth Save the Children Indonesia, yang menghadirkan “Banner of Hope” berukuran 3×5 meter. Setiap pengunjung diajak menuliskan mimpi dan harapan mereka untuk anak-anak Indonesia di masa depan. Di atas banner itu terpampang pesan besar, “Semua Anak Berhak Bermimpi,” yang menjadi ajakan penuh makna bagi semua yang hadir untuk berbagi doa, cita-cita, dan semangat mereka. Momen ini menjadi semakin istimewa ketika jajaran unndangan, termasuk Bapak Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, ikut menuliskan harapan beliau untuk masa depan anak-anak Indonesia di atas banner tersebut.

Dream Festival juga menjadi bukti nyata kolaborasi Save the Children Indonesia dengan berbagai mitra, seperti Pemerintah Kota Bandung, DP3A, Disdukcapil, RBM, dan organisasi lokal lainnya, untuk menciptakan pengalaman inklusif di berbagai booth. 

Salah satu booth yang menarik perhatian adalah booth Pusbisindo Jawa Barat, yang menghadirkan sesi pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Anak-anak dan orang tua belajar langsung menyapa dengan bahasa isyarat, menciptakan suasana penuh antusias dan empati.  

Selain itu ada booth Sentra Wyata Guna yang juga banyak dikunjungi karena memperkenalkan teknologi Braille dan suara sintesis gawai, sehingga pengunjung dapat merasakan langsung bagaimana teman tunanetra mengakses informasi. Tidak kalah menarik, booth Konsultasi Psikolog dan Pekerja Sosial menjadi ruang aman bagi keluarga untuk berdiskusi dan berkonsultasi seputar pendampingan anak dengan disabilitas. 

Hal menarik juga datang dari booth Save the Children Indonesia, yang menghadirkan “Banner of Hope” berukuran 3×5 meter. Setiap pengunjung diajak menuliskan mimpi dan harapan mereka untuk anak-anak Indonesia di masa depan. Di atas banner itu terpampang pesan besar, “Semua Anak Berhak Bermimpi,” yang menjadi ajakan penuh makna bagi semua yang hadir untuk berbagi doa, cita-cita, dan semangat mereka. Momen ini menjadi semakin istimewa ketika jajaran unndangan, termasuk Bapak Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, ikut menuliskan harapan beliau untuk masa depan anak-anak Indonesia di atas banner tersebut. 

Denna, Penari Kecil yang Mengajarkan Kita Arti Percaya Diri

Denna adalah salah satu bintang kecil di Dream Festival 2025. Dengan langkah luwesnya, ia menari Jaipong modern di panggung utama, memukau siapa pun yang menyaksikan. Denna, anak perempuan 14 tahun dengan Down Syndrome, telah berkali-kali mengharumkan namanya dengan menjuarai berbagai kontes kecantikan, dari tingkat daerah hingga nasional. 

Tepat sebelum Denna tampil di panggung, orang tua Denna sempat berbisik, “Denna hanya latihan 4 hari, tapi alhamdulillah Denna langsung bisa.”. Meskipun hanya memiliki waktu berlatih sesaat, namun ketika musik mengalun, Denna tampil penuh percaya diri, seolah tarian itu sudah menjadi bagian dari dirinya.  

“Denna senang tampil di depan, Denna suka menari,” ucap Denna sambil tersenyum bahagia. 

Risma, Sang Bintang dengan Suara yang Menyentuh Jiwa  

Penampilan Risma membuat suasana panggung syahdu dengan alunan lagu penuh penghayatan. Sejak kecil, Risma sudah gemar bernyanyi, dan bakatnya telah membawanya menjadi finalis MTQ Jawa Barat. Ketika ditanyakan bagaimana bakat ini bisa begitu terasah, Risma menjawab “Risma suka berlatih di rumah, biasanya dengar di YouTube lalu berlatih sendiri diulang-ulang,” ungkapnya. Selain bakatnya yang sangat bersinar, Risma juga memiliki mimpi besar yaitu memiliki Yayasan Tunanetra untuk anak-anak lainnya.  

Di panggung utama Dream Festival 2025, Risma tidak sekadar menampilkan sebuah lagu, dalam sesi Dream Talk ia berbagi pesan pada anak-anak dan orang tua yang hadir. “Alhamdulillah, semoga semua anak-anak makin semangat menggapai mimpinya. Untuk orang tua anak dengan disabilitas juga jangan pernah mengucilkan anaknya, anak-anak butuh dukungan dari orang tuanya.”, ucap Risma yang merasa orang tuanya adalah “mata” Risma. 

Riyadi, Anak Muda yang Menaklukkan Batas dan Keraguan 

Sesi Dream Talk selanjutnya dibawakan oleh Riyadi. Seorang mahasiswa tingkat akhir dengan Cerebral Palsy yang juga tampil membagikan kisah hidupnya lewat video yang ia buat sendiri.  

Awalnya ia tampak gugup menaiki panggung, “Saya harus bicara apa ya nanti?” bisiknya pelan. Namun, semangatnya terpancar jelas dari binar matanya. Dalam sesi Dream Talk, Riyadi menceritakan bagaimana rasa penasarannya terhadap komputer yang dikenalkan oleh gurunya ketika kelas 1 SD yang kini tumbuh menjadi cita-citanya untuk menjadi programmer. Kini ia tengah menyelesaikan skripsi di jurusan Teknik Informatika dan bahkan sudah berpengalaman membangun website lowongan kerja dan pelatihan untuk Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Barat.  

Menjadi pengisi acara dan harus tampil di depan orang banyak adalah pengalaman pertama Riyadi, meskipun begitu ia merasa bersyukr dan bangga karena ia berhasil tampil dengan baik di depan banyak orang. Di akhir sesinya, Riyadi berpesan untuk anak-anak disabilitas lainnya, “Untuk anak dengan disabilitas, jangan batasi keinginan kalian karena kekurangan kalian. Cobalah lampaui batas, karena orang sukses adalah orang yang tidak malas melampaui batas”.

Riyadi juga turut mengapresiasi kehadiran Dream Festival 2025 di kotanya,  “Untuk acaranya, semoga diperbanyak lagi acara seperti ini, karena orang butuh motivasi untuk tidak menyerah dalam menghadapi kehidupan ini”. 

Kisah Hangat dari Ibu Sri, Orang Tua dari Anak dengan Disabilitas 

Tak kalah mengharukan, Ibu Sri, orang tua dari Nasier yang juga anak dengan Down Syndrome, membagikan perjalanannya di sesi Dream Talk. “Ini bukan perjalanan yang mudah, selain anak-anak kita yang terus belajar, kita sebagai orang tua juga tidak boleh berhenti belajar demi anak-anak kita.”  

Ibu Sri menegaskan pentingnya kasih sayang dalam mendidik anak dengan disabilitas. “Sebenarnya anak kita itu tidak meminta macam-macam ya ibu-ibu, anak-anak kita ini hanya minta perhatian kita, minta kita sayang, benar ya a’?” tanyanya, dan dijawab Nasier yang mendampinginya di atas panggung, “Maunya disayang mamah, jangan marah, harus tersenyum,” manisnya. Momen itu membuat seluruh penonton terharu dan terinspirasi. 

Di akhir sesinya Ibu Sri berpesan “Semoga acara-acara seperti ini bisa jadi agenda rutin dan  banyak memberi kesempatan kepada semua anak dengan disabilitas”. 

Festival yang Menebarkan Inspirasi Sekaligus Merajut Komitmen Bersama 

Festival ini juga menjadi saksi komitmen nyata Pemerintah Kota Bandung dalam mewujudkan Bandung sebagai Kota Ramah Anak dan Inklusif. Dalam kesempatan ini, dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Pemerintah Kota Bandung dan Save the Children Indonesia sebagai langkah konkret untuk menjamin hak, kenyamanan, dan perlindungan seluruh anak, termasuk anak-anak penyandang disabilitas. 

Selain menjadi langkah nyata dalam mewujudkan Bandung sebagai Kota Ramah Anak dan Inklusif, Dream Festival 2025 juga meninggalkan kesan hangat sekaligus pengingat bahwa setiap anak punya hak untuk didukung, dicintai, dan diberi ruang seluas-luasnya untuk bermimpi. 

“Terima kasih sudah memberikan kesempatan dan ruang buat kami para orang tua dan anak berkebutuhan khusus untuk bisa berekspresi dan berkreasi (di Dream Festival 2025)”, ucap Ibu Sri selaku perwakilan orang tua anak dengan disabilitas. 

Scroll to Top