Salma (20) menjadi perwakilan dari Children and Youth Advisory Network (CYAN) dalam acara Global Forum for Adolescene 2023 pada 11 Oktober lalu. Global Forum for Adolescene (GFA) adalah bagian dari kampanye 1.8 Billion Young People for Change yang diselenggarakan oleh World Health Organization (WHO). Acara ini diikuti oleh lebih dari 200 organisasi anggota Partnership for Maternal, Newborn and Child Health (PMNCH) dari WHO. Tujuan dari acara ini adalah untuk menyatukan suara masyarakat terkait kesejahteraan dan kesehatan remaja dan memobilisasi komitmen dan advokasi bagi remaja secara global. Pada acara tersebut, Salma membagikan hasil penelitian dan kegiatan advokasi mengenai hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR) serta hak kesehatan mental untuk anak dan remaja.
Penelitian mengenai persepsi remaja terhadap kesehatan reproduksi dan kesehatan mental dilakukan oleh Salma bersama tujuh anggota CYAN dan Forum Anak Nasional (FAN). Penelitian ini didukung oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) dan Save the Children Indonesia selama lima bulan. Salma dan kedelapan temannya berhasil mendapatkan 433 suara anak dan orang muda dari 31 provinsi melalui survei secara daring dan wawancara mendalam bersama 10 orang muda dari 7 provinsi, termasuk orang muda dengan disabilitas.
Latar belakang dari penelitian ini adalah kekhawatiran mereka sebagai anak dan orang muda yang mungkin terpapar pada permasalahan kesehatan reproduksi seperti penyakit menular seksual, HIV, kekerasan seksual dan kehamilan remaja. Penelitian yang dipimpin oleh orang muda ini meninggalkan kesan yang mendalam bagi Salma.
“Ini pengalaman yang luar biasa buat Salma. Kali pertama ini melakukan penelitian yang dipimpin oleh orang muda. Salma merasakan partisipasi yang bermakna karena kami diberikan kepercayaan dan kewenangan untuk memberikan keputusan secara penuh untuk penelitian ini.” ungkap Salma.
Selama penelitian berlangsung, Salma dan ketujuh temannya memiliki ragam tantangan yang harus dihadapi. Jarak lokasi dan usia antar anggota yang terpaut jauh mengharuskan mereka untuk tetap berkomunikasi dengan baik. Salma bersyukur, seluruh anggota tim bersepakat untuk konsisten meluangkan waktu untuk berdiskusi bersama. Selain itu, topik mengenai HKSR dan kesehatan mental adalah topik yang cukup berat bagi Salma. Oleh karena itu, Salma merasa beruntung karena mendapatkan pelatihan dan peningkatan kapasitas dari Save the Children yang menjadi fasilitator mereka.
Ketika penelitian telah selesai, Salma belajar banyak tentang HKSR dan kesehatan mental. Hal ini memotivasi Salma untuk terus melakukan kegiatan advokasi agar anak-anak dan orang muda lainnya lebih memahami pentingnya kesehatan seksual dan reproduksi. Kegiatan advokasi seusai penelitian dilakukan secara nasional dan internasional. Mulai dari Workshop Diseminasi Penelitian di KemenPPPA sampai Global Forum for Adolescene yang diselenggarakan secara livestream di beberapa negara .
Salma mengaku merasa bangga bisa memaparkan hasil penelitian CYAN dan FAN di panggung internasional. Bersama bantuan dari fasilitator, Salma mempersiapkan pemaparannya agar dapat menyampaikan suara anak dan orang muda sesuai dengan penelitian.
“Di forum Salma menyampaikan tentang isu HKSR di Indonesia, hasil temuan penelitian, advokasi kami kepada pemerintah dan memaparkan tantangan dalam mengadvokasikan isu HKSR serta harapan Salma yang bisa merepresentasikan harapan orang muda tentang isu HKSR.” urai Salma.
Usai mengikuti Global Forum for Adolescene, Salma berharap kegiatan advokasi dapat terus berlangsung dan hasil penelitian mereka dapat dimaksimalkan oleh para pemangku kebijakan dengan baik. Ia berharap, informasi mengenai HKSR dan kesehatan mental dapat lebih komprehensif dan inklusif sesuai dengan kebutuhan anak dan orang muda.
“Salma yakin bahwa anak muda itu agen perubahan. Kami berdaya dan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Tetapi, untuk mencapai hal tersebut, kami membutuhkan dorongan dan bantuan dari orang dewasa. Sudah saatnya bagi masyarakat untuk tidak lagi merasa tabu membicarakan HKSR dan kesehatan mental. Perlu diingat mengetahui informasi HKSR dan kesehatan mental sudah menjadi hak kita semua.” ujar Salma.
“Because I believe knowing is the right thing. When we know how to survive, we know how to fight for our rights. That is why knowing comprehensive information and services about SRHR matters to us.” tegas Salma.