Delapan anak dan orang muda dari Children and Youth Advisory Network (CYAN) dan Forum Anak Nasional, didukung oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) dan Save the Children Indonesia, mengadakan sebuah penelitian mengenai persepsi remaja terhadap kesehatan reproduksi dan kesehatan mental. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan pada Juni sampai Oktober dengan responden 433 remaja dari 31 provinsi.
Penelitian yang dilakukan oleh CYAN ini tercetus setelah mengikuti Commission on the Status of Women (CSW) di New York pada April 2023 lalu. CSW adalah pertemuan tahunan antar pemerintah global anggota PBB yang bertujuan untuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Pada kesempatan itu, CYAN menyuarakan tantangan yang dihadapi oleh ramaja dan orang muda yang kesulitan mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan kesehatan mental di ruang yang aman.
Berdasarkan hasil penelitian mereka, pemahaman remaja terhadap kesehatan reproduksi cenderung fokus pada aspek fisik seperti pubertas dan menstruasi, sehingga belum memahami kesehatan reproduksi secara tepat meliputi aspek fisik, mental dan sosial. Sedangkan untuk kesehatan mental, hanya 54% remaja yang mengetahui akses bantuan untuk kesehatan mental.
“Pembicaraan mengenai kesehatan reproduksi dan seksual masih tabu dibicarakan oleh remaja. Sehingga mereka tidak siap menghadapi perubahan fisik, emosional dan perilaku dan meningkatkan risiko remaja mengalami masalah kesehatan reproduksi dan kesehatan mental. Minimnya informasi tentang kedua hal tersebut membuat remaja menjadi di posisi yang sangat rentan. Rentan terkena PMS, penyakit menular seksual, HIV, maupun penyakit mental,” ungkap Putri, salah satu peneliti muda, ketika memberikan pemaparan di acara Workshop Diseminasi Hasil Penelitian Orang Muda.
“Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan rekomendasi dalam meningkatkan upaya kesehatan remaja terutama terkait kesehatan reproduksi dan kesehatan mental kepada pemangku kepentingan yang berdasar pada hasil persepsi remaja,” tambah Adrian, salah satu peneliti muda.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan serta rekomendasi yang ditujukan kepada pemerintah. Diantaranya; Peningkatan kapasitas dan penyediaan layanan terintegrasi melibatkan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan kesehatan mental yang komprehensif. Adanya regulasi yang memastikan proses pembuatan konten terkait kesehatan reproduksi dan kesehatan mental melibatkan remaja termasuk remaja dengan disabilitas dan remaja dari kelompok rentan lainnya. Pengembangan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang sesuai dengan kebutuhan remaja, peningkatan fasilitas dan resosialisasi agar mudah diakses.
Hasil dari penelitian tersebut telah dipresentasikan di forum internasional dan menjadi rekomendasi bagi para pemangku kebijakan di Indonesia agar dapat direspon dengan langkah konkret dalam meningkatkan layanan terkait kesehatan reproduksi dan kesehatan mental bagi remaja di Indonesia.
“Salma berharap apa yang kemudian kami sampaikan dan minta dari advokasi itu bisa didengar, dipertimbangkan dan direspon oleh pemangku kebijakan secara serius khususnya pemerintah Indonesia maupun global dalam isu HKSR dan partisipasi remaja. Informasi yang disediakan oleh media dan pemerintah mengenai HKSR dan kesehatan mental yang komprehensif bisa lebih inklusif dan partisipatif dengan kebutuhan remaja,” ujar Salma, salah satu peneliti muda dari CYAN.
Save the Children mendorong agar remaja dilibatkan secara aktif dan menyeluruh, sebagai bagian penting yang dapat berpartisipasi dalam Upaya Kesehatan Remaja. Investasi kita untuk remaja saat ini menentukan masa depan Indonesia.
“Penelitian ini merupakan suatu proses yang sudah diawali pada waktu Aruna dan Putri maju sebagai wakil dari remaja indonesia yang hadir di sidang PBB New York dan sempat audiensi dengan pihak KemenPPPA. Di saat itu, mereka ditantang untuk melakukan advokasi berbasis dengan data. Dan tantangan itu dijawab dengan hasil penelitian ini. Bersama dengan Forum Anak Nasional dan CYAN melakukan penelitian terkait persepsi remaja mengenai kesehatan reproduksi dan kesehatan mental,” ungkap Andri Yoga Utami, Proyek Manajer Save the Children.
“Harapan kami, pemangku kepentingan dapat memberikan masukan dan komitmen terkait isu kesehatan reproduksi dan kesehatan mental remaja ini dan dapat direspon dengan satu langkah konkrit dari komitmen negara untuk menjawab isu permasalahan tersebut,” tambah Andri.
Save the Children melalui program Gates bekerjasama dengan Bill & Melinda Gates Foundation, telah menjalankan program ini sejak tahun 2021 dan berlokasi di Jawa Barat. Memastikan suara dan pendapat anak-anak didengar oleh pemangku kepentingan sangat penting agar kepentingan terbaik anak-anak dapat dipenuhi sesuai dengan suara dan harapan mereka.