Di tengah bencana yang melanda berbagai wilayah pada tahun 2024, Save the Children bersama berbagai mitra hadir memberikan bantuan terutama bagi anak-anak dan keluarga terdampak, melalui rangkaian respons cepat dan terarah.
Awal tahun dibuka dengan respons terhadap banjir yang melanda Kabupaten Demak pada Februari. Bekerja sama dengan Migrant Care, Save the Children menyalurkan 435 paket kebersihan, ember, dan dirigen kepada warga di dua desa terdampak. Sebanyak 50 paket di antaranya secara khusus diberikan kepada warga penyandang disabilitas. Bantuan ini menjadi penyelamat di tengah kondisi darurat, terutama bagi anak-anak yang kehilangan ruang belajar dan bermain. “Saya sedih karena banjir tidak bisa sekolah, tidak bisa bermain, tidak bisa belajar,” ungkap Anto*, seorang anak berusia 14 tahun, saat bertemu oleh tim Save the Children di rumahnya.

Ketika Maret tiba, tantangan baru muncul di Sumatera Barat. Banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Pesisir Selatan memaksa ribuan warga meninggalkan rumah mereka. Save the Children, bekerja sama dengan Jemari Sakato, hadir untuk memastikan kebutuhan dasar tetap terpenuhi. Fokus utama diarahkan pada penyediaan air bersih melalui pembangunan 10 titik sumber air dan fasilitas sanitasi. Sebanyak 350 keluarga menerima perlengkapan kebersihan, sementara makanan bergizi diberikan kepada anak-anak serta ibu hamil dan menyusui di lokasi pengungsian. Tak hanya itu, ruang ramah anak didirikan sebagai langkah penting untuk menjaga keberlanjutan pendidikan dan kesejahteraan psikologis anak-anak di tengah situasi darurat.
Respons serupa juga dilakukan pada Juli 2024, ketika banjir besar melanda Gorontalo. Bersama SALAMPUAN Gorontalo, Save the Children mendistribusikan bantuan seperti paket Back to School, 349 Personal Hygiene Kits, dan 49 paket Mother & Kids. Program ini diiringi dengan edukasi tentang pola hidup bersih dan sehat serta pentingnya pemberian ASI selama masa darurat. Henry*, seorang anak dari Kabupaten Gorontalo, menceritakan betapa banjir ini memengaruhi hidupnya. “Yang membuat saya sedih adalah barang-barang yang saya pakai hanyut terbawa banjir. Sepatu dan buku-buku saya juga sudah basah. Gara-gara sekolah berhenti, saya sangat sedih karena tidak sekolah,” ungkapnya. Meski demikian, harapan tetap terjaga dalam dirinya. “Saya berharap banjir cepat surut sehingga saya bisa kembali ke sekolah dan bermain bersama teman-teman.”

Menuju penghujung tahun, pada November, letusan Gunung Lewotobi di Nusa Tenggara Timur menambah deretan bencana yang dihadapi. Save the Children Indonesia, bekerja sama dengan CIS Timor dan sejumlah organisasi lokal, membantu lebih dari 2.253 jiwa yang terdampak, termasuk bayi, anak-anak, ibu hamil, dan lansia. Distribusi hygiene kits menjadi salah satu prioritas, memastikan para penyintas memiliki akses terhadap kebersihan di tengah keterbatasan fasilitas pengungsian.

Dari awal hingga akhir tahun, upaya Save the Children terus menunjukkan bahwa di balik setiap krisis, ada harapan yang dapat dirajut kembali. Dengan bekerja sama bersama mitra lokal dan nasional, Save the Children tak hanya memberikan bantuan material, tetapi juga menjaga hak dasar anak-anak, seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan psikologis. Tahun 2024 menjadi bukti nyata bahwa dengan dedikasi dan kolaborasi, harapan dapat hidup kembali bahkan di tengah badai bencana.