Cerita Bidan Titin dan Mama Ranti Setelah Sumber Air Sudah Dekat

Cerita Program

Bidan Titin merupakan satu dari 11 bidan yang bekerja di Puskesmas Sumba Barat. Dari angka mungkin terkesan banyak, tetapi pada kenyataannya, jumlah tersebut masih kurang. Pasalnya, Puskesmas ini bekerja untuk melayani warga satu kecamatan yang terdiri dari tujuh desa, bekerja bersama dengan 15 Posyandu. Apalagi, Puskesmas Sumba Barat membuka pelayanan 24 jam.

Salah satu tantangan terbesar yang pernah dihadapi Puskesmas Sumba Barat adalah ketersediaan air bersih. Sebagai fasilitas kesehatan, Puskesmas membutuhkan air dalam jumlah sangat banyak untuk berbagai kegiatan dan layanan, termasuk proses persalinan ibu hamil.

“Setelah (sekarang) ada air dan tercukupi kebutuhannya, proses persalinan meenjadi lebih mudah dan sesuai standar,” kata Titin.

Save the Children mulai menjalankan Program Air untuk Sumba di Sumba Barat sejak tahun 2019. Bersama dengan warga desa, Save the Children membangun instalasi saluran air yang lebih dekat dengan rumah warga dan bangunan fasilitas dasar, termasuk fasilitas kesehatan. Sebelumnya, warga harus mengambil air dengan berjalan kaki dari sumber yang relatif jauh.

Pada tahun 2022, program ini telah membantu banyak persalinan berjalan dengan lebih baik di Puskesmas Sumba Barat. Kemudahan akses air juga telah membantu pekerjaan sehari-hari di Puskesmas. Aspek paling mendasar dalam menjalankan pelayanan kesehatan adalah kebersihan.

Dulu, para bidan harus menghemat penggunaan air saat membersihkan ruangan-ruangan Puskesmas. Apalagi air tersebut harus dijatah dan dibagi penggunaannya dengan berbagai kegiatan pelayanan. Parra bidan mengaku kesulitan menjalankan pelayanan kesehatan secara maksimal.

“Terkait kebersihan, pasti selalu diutamakan. Cuma sekarang tidak irit-irit lagi (menggunakan air). Jadi, lebih tenang dan nyaman dalam bekerja,” jelas Titin.

Titin bercerita, dulu para pendamping biasanya diminta bekerja sama untuk turut membawa atau mengangkut air dari mata air. Namun kini mereka tidak perlu terlalu kerepotan. Para bidan dapat lebih mudah mengambil air di kamar mandi yang sudah tersambung dengan pipa dan kran air.

“Tidak ada cerita aneh atau lucu soal air ini. Cuma saya ketawa terus karena (ungkapan yang dipopulerkan iklan) ‘sumber air sudah dekat,’” kelakar Titin.

Sementara itu, di desa yang sama, Ranti punya cerita lain mengenai manfaat akses air yang sudah dekat. Setelah melahirkan anaknya di Puskesmas Sumba Barat pada 2022 lalu, sekarang ia merasa lebih dekat dengan anak dan suaminya.

Sebelum akses air menjadi lebih mudah, Ranti dan suami harus bolak-balik mengambil air di mata air. Tak hanya itu, pasangan suami istri ini juga harus bergantian mengecek kondisi kebun sayur mereka yang berada di dekat sungai, yang lokasinya cukup jauh dari pemukiman. Dulu, sulit mereka bayangkan seperti apa mereka akan menjalankan rutinitas tersebut, jika suatu saat memiliki anak. Apalagi mereka tidak bisa setiap saat meengambil air ke mata air karena jika hujan, air akan bercampur dengan lumpur.

Namun sekarang, karena air bisa didapat dengan sangat mudah hanya dengan menggunakan selang atau kran air, mereka bisa tetap bercocok tanam tanpa harus kehilangan banyak waktu bersama sang anak.

“Dulu tidak bisa. Sekarang sudah bisa (bercocok tanam) sambil kasih tidur anak di bale-bale. Dulu kami takut kasih tinggal (keluarga) di rumah ke kebun. Sekarang sudah efektif,” ujar Ranti.

Berkebun dengan menanam cabai, sawi, dan terong membutuhkan air dalam jumlah banyak. Jika sebelumnya mereka mesti menanam di dekat sungai, sekarang tanaman sayuran sumber gizi mereka bisa ditanam di halaman rumah. Bahkan, aktivitas berkebun di depan rumah tidak hanya dilakukan oleh keluarga Ranti.

“Hampir semua orang sepanjang pinggir jalan punya tanaman di depan rumah. Dulu, saling baku minta, sekarang sudah punya masing-masing di rumah. Ada juga yang dijual hasilnya ke tempat lain,” jelasnya.

Ranti juga tidak perlu sangat irit-irit air jika ingin memandikan atau membersihkan sang anak. Dia menjadi lebih mampu menjaga kebersihan keluarganya.

“Dulu, tekanan airnya beda (karena terbatas) dan tidak nyala setiap hari, harus tabung-tabung air. Sekarang anak sudah enak. Bisa bersih, mandi terus, dan bisa makan bagus karena masak (dengan air bersih),” ungkap Ranti.

scroll to top button