Sebagai orang tua, kita perlu menentukan cara mendidik dan mengasuh anak dengan tepat. Di era modern, kita bisa mengakses berbagai tipe parenting melalui kanal digital, termasuk media sosial. Kita mengenal berbagai istilah seperti Strawberry parenting, VOC parenting, dan Eggshell parenting. Namun, banyaknya informasi ini sering membingungkan, terutama bagi orang tua baru. Jadi, bagaimana kita menentukan gaya parenting yang paling cocok untuk anak? Mari kita bahas satu per satu.
Strawberry parenting adalah pola asuh di mana orang tua cenderung membantu anak menghindari konflik dengan cara menyelesaikan masalah mereka, serta memproteksi anak secara berlebihan. Sikap overprotektif dan memanjakan ini justru bisa membentuk karakter anak yang mudah menyerah, rapuh, enggan berusaha keras, dan gampang tersinggung. Layaknya buah stroberi yang cantik di luar, tapi mudah hancur.
VOC parenting merujuk pada pola asuh yang keras, seperti gaya otoriter saat zaman penjajahan. Istilah ini diambil dari nama kongsi dagang Belanda yang pernah menguasai Indonesia, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Pendekatan ini menekankan kedisiplinan, aturan yang ketat, otoritas orang tua yang kuat, dan minimnya empati terhadap anak.
Eggshell parenting adalah istilah yang dipopulerkan oleh Dr. Sage di TikTok, dan berasal dari ungkapan “berjalan di atas kulit telur”. Artinya, anak hidup dalam ketidakpastian karena orang tua memiliki suasana hati yang tidak stabil, mudah meledak-ledak, dan bersikap tidak konsisten. Psikiater Zishan Khan, M.D. dari Mindpath Health menyebut pola asuh seperti ini dapat memberikan dampak negatif karena anak terus-menerus merasa takut salah dan tidak tahu apa yang akan memicu kemarahan orang tua.
Berbagai gaya parenting ini bisa menimbulkan dampak seperti kurangnya kepercayaan diri, perfeksionisme, emosi yang tidak stabil, hingga kecemasan dan depresi pada anak.
Sebagai orang tua, tentu kita ingin menghindari dampak negatif tersebut. Jadi, bagaimana kita bisa mengasuh dan mendidik anak dengan lebih baik?
Jawabannya adalah: Komunikasi. Meski terdengar klise, komunikasi justru sering terlupakan. Kita terlalu sibuk mengejar teori dan membandingkan diri dengan orang tua lain, hingga lupa memahami karakter anak kita sendiri.
Di Save the Children, kami percaya bahwa setiap anak itu unik. Tidak ada satu gaya parenting yang cocok untuk semua anak. Jadi, jangan berkecil hati jika pendekatan yang kita coba belum berhasil.
Menjadi orang tua memang tidak mudah. Kita tidak belajar ini di sekolah. Namun, selama kita mau belajar dan berusaha, selalu ada jalan. Sebab, bukan istilah yang membentuk anak, tetapi kehadiran dan perhatian kita.
Mari perlakukan anak seperti kita ingin diperlakukan. Ingat, kita pun pernah menjadi anak kecil yang ingin dimengerti, didengar, dan diperhatikan. Dan yang paling penting: memukul anak bukan bagian dari parenting.
Karena itu, Save the Children Indonesia bersama Kementerian Sosial dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyusun modul Pengasuhan Anak. Kami menyusun modul ini untuk mencegah kekerasan, penelantaran, dan keterpisahan anak dari keluarganya.
Salah satu poin penting dalam modul ini adalah konsep disiplin positif. Banyak orang tua masih salah mengartikan disiplin sebagai hukuman. Padahal, disiplin sejati berarti melatih dan mengajar. Saat anak melakukan kesalahan, kita perlu membangun hubungan saling menghargai, bukan memarahinya. Pendekatan ini lebih manusiawi dan membantu anak tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih.
Jangan menyerah saat lelah. Jangan berhenti saat bingung. Teruslah belajar, karena parenting adalah perjalanan yang pantas diperjuangkan, bersama.
Dapatkan modul pengasuhan anak. Isi emailmu di bawah, dan kami akan kirimkan modulnya langsung ke inbox kamu.
Klik di sini