Cerita Perubahan

Perencanaan Keuangan Melalui VSLA Mawar Lebbae

Di Kabupaten Bone, terdapat wilayah yang dikelilingi kebun kakao dan terletak jauh dari hiruk pikuk kota, dengan akses satu jam dari pusat kecamatan melalui jalan berbatu dan tanah. 

Pada tahun 2023, Save the Children bersama Lembaga Pemberdayaan Perempuan (LPP) Bone menginisiasi program Village Saving Loan Association (VSLA) di wilayah tersebut. 

Secara sederhana, VSLA adalah program simpan pinjam berbasis kelompok. Selain membantu para anggotanya untuk melakukan aktivitas simpan pinjam, program ini juga membantu meningkatkan pemahaman anggotanya tentang literasi keuangan, termasuk perencanaan keuangan. VSLA di Desa Mattampawalie dikenal sebagai VSLA Mawar Lebbae. 

Anggota VSLA Mawar Lebbae berjumlah 25 orang. Setiap bulan anggota kelompok ini biasa mengadakan pertemuan rutin. Mereka biasanya memilih masjid karena punya beranda luas. Dalam pertemuan rutin ini, setiap anggota bisa menyetorkan tabungan ataupun mengajukan pinjaman. 

Di setiap pertemuan rutin, para anggota VSLA Mawar Lebbae sepakat untuk memberikan iuran sebesar Rp5.000 per anggota dengan rincian Rp2.000 untuk konsumsi pertemuan, dan Rp3.000 untuk dana sosial.  

“Kami sudah beberapa kali menggunakan dana sosial itu. Saat ada yang meninggal dunia, dana sosial itu digunakan untuk membantu kebutuhan konsumsi keluarga yang berduka saat menerima takziah. Meski tak banyak, tapi hal itu membantu mempererat tali silahturahmi antar anggota kelompok,” jelas Ayu Indira (32 tahun), ketua VSLA Mawar Lebbae.  

VSLA Mawar Lebbae memberlakukan sistem tabungan dengan nilai lot. Setiap lot bernilai Rp25.000, dan setiap anggota kelompok maksimal menabung sebanyak lima lot atau Rp125.000 per bulan.  

“Setiap kumpul, semua anggota tampak bersemangat. Kami bicara mengenai target tabungan dan perencanaan keuangan. Jadi ini seperti sekolah lapangan,” kata Ayu.  

Menurut Rohani (39 tahun), salah satu anggota VSLA Mawar Lebbae, menabung dengan sistem VSLA ini sangat seru karena pengelolaannya dilakukan secara koletif sehingga bisa membangun kepercayaan antar anggota. “Meski tujuan utamanya menabung, tapi kami juga jadi lebih mengenal satu sama lain,” ungkap Rohani.  

Menurut Rohani, menabung di VSLA lebih enak dibanding di bank. “Kalau menabung di bank kita harus bawa uang lebih untuk biaya bensin. Kalau di VSLA tidak perlu karena ada di desa sendiri,” katanya. 

Sebenarnya, kata Ayu, ada banyak pilihan menabung di desanya, salah satunya arisan. Namun bagi beberapa orang arisan mungkin akan terasa berat karena setiap anggotanya wajib menyetor uang arisan yang besarannya sudah ditentukan untuk setiap pertemuan. “Kalau di VSLA, jika bulan ini anggota kelompok tak memiliki rejeki, ia boleh tak menabung,” ungkap Ayu.  

Anggota kelompok VSLA Mawar Lebbae foto bersama di tengah kebun kakao. (Foto: Eko Rusdianto / Save the Children)

Di VSLA Mawar Lebbae, para anggotanya sepakat jika pinjaman tak dikenakan bunga namun dikenakan biaya aplikasi. Jika seseorang meminjam uang sebesar Rp500.000, maka biaya aplikasinya adalah Rp10.000 yang hanya perlu dibayarkan sekali. Pengembalian pinjaman ini berjangka selama 3 bulan.  

Rohani pernah mengajukan pinjaman melalui VSLA Mawar Lebbae untuk modal awal toko kelontongnya. Baginya, pinjaman itu sangat membantu usaha kecil yang dirintisnya. Sebab tidak mungkin ia mengajukan pinjaman melalui jalur perbankan. Selain prosesnya yang rumit, bunganya juga cukup tinggi.  

Selain membuka peluang untuk meningkatkan ketahanan finansial, VSLA Mawar Lebbae juga membantu membuka wawasan para anggotanya mengenai perencanaan keuangan. Mencatat kebutuhan mendesak dalam rentang bulan berjalan menjadi sangat penting dalam perencanaan ini.  

Selama ini, usai mendapat uang dari hasil panen sawah ataupun kakao, mereka kerap menghabiskannya tanpa perencanaan yang jelas. “Selama ini kalau ada uang selalu saja habis. Itu karena kami serampangan dan tidak disiplin dalam mengelola keuangan,” ungkap Rohani.  

Oleh karena itu, bagi Rohani, menabung di VSLA merupakan bagian dari perencanaan keuangannya. Tabungan itu tidak dapat ia ambil sebelum satu tahun. “Jadi di VSLA uang yang kami tabung akan aman, sehingga apa yang menjadi tujuan dari tabungan tersebut dapat tercapai. Kalau menabung di rumah, ada penjual bakso lewat uang tabungan bisa diambil untuk jajan,” ungkap Rohani sembari tertawa.   

VSLA Mawar Lebbae baru sekali membuka siklus putaran tabungan selama setahun. Namun ketika brankas tabungan dibuka, hasilnya mencapai jutaan rupiah yang terdiri dari beragam uang pecahan, mulai dari mulai koin hingga pecahan Rp2.000. Semua anggota hampir tak percaya jika tabungan kelompok mereka sebanyak itu.   

Keberhasilan siklus putaran pertama tabungan ini membawa dampak positif pada VSLA Mawar Lebbae. Beberapa anggota berencana menaikkan jumlah uang yang akan mereka tabung. Melihat antusiasme tersebut, jumlah maksimal lot yang dapat ditabung tiap bulannya akan ditingkatkan menjadi 10 lot.

Ayu tak bisa menutupi kebanggaannya menjadi bagian dari kelompok VSLA ini. Selain mendapat pengetahuan terkait perencanaan keuangan, ia juga mendapat pengetahuan terkait kerentanan anak dan perempuan. “Dulu kami biasa membiarkan anak-anak ke kebun sembari memegang parang dan benda tajam. Namun sekarang kami jadi lebih hati-hati demi keamanan anak-anak kami,” ungkap Ayu.  

Rohani menambahkan, sebelum mendapat pengetahuan baru terkait kerentanan anak dan perempuan dari VSLA, selama ini ia menganggap segala masalah yang dihadapinya sebagai perempuan adalah takdir yang tidak bisa ia hindari. “Namun sekarang kami tahu, ternyata masalah-masalah seperti itu ada jalan keluarnya,” kata Rohani. 

Keberhasilan VSLA Mawar Lebbae dalam meningkatkan kapasitas diri anggotanya, baik dalam hal sosial maupun finansial, membuktikan jika perubahan ke arah yang lebih baik bisa terjadi jika ada kesempatan, pendampingan, dan semangat untuk maju. 

Scroll to Top