Save the Children Indonesia hadir sebagai charity partner sekaligus exhibitor dalam pameran seni bergengsi ArtMoments Jakarta 2025, yang diselenggarakan di Agora Exhibition Hall, Jakarta Pusat. Mengangkat tema Restoration, edisi tahun ini merayakan seni sebagai upaya pemulihan dan refleksi kolektif—nilai yang sejalan dengan misi Save the Children dalam memperjuangkan hak-hak anak melalui kolaborasi lintas sektor.
Membuka Payung Harapan: Kolaborasi Seni dan Kemanusiaan

Salah satu karya utama yang ditampilkan Save the Children adalah patung berjudul “Membuka Payung Harapan”, hasil kolaborasi dengan Sanggar Luhur, dan terinspirasi dari sketsa maestro Sudjana Kerton. Patung ini merepresentasikan payung sebagai simbol perlindungan bagi anak-anak dan menjadi ruang aman tempat mereka bisa tumbuh dalam kegembiraan dan martabat.
Melalui karya ini, Save the Children mengajak masyarakat untuk berkontribusi dalam misi kemanusiaan melalui program donasi: patung ini dapat dimiliki oleh siapa pun yang memberikan kontribusi minimal Rp15 juta kepada Komunitas Pahlawan Anak, melalui sistem pemesanan (pre-order).
Salah satu keluarga seniman Sudjana Kerton juga turut hadir melihat langsung karya patung yang terinspirasi dari karya ayahnya di booth Save the Children.
“Saya sangat kagum sekali dengan patung ini. Saya sangat terharu ya terhadap patung ini yang dibuat dari litograf bapak yang gambarnya seorang anak kecil dengan bawa payung dan buat saya itu juga mencerminkan kepedulian bapak juga sih terhadap anak-anak,” ucap Chandra Kerton.

Lelang Karya Seni untuk Masa Depan Anak
Dalam semangat seni sebagai aksi nyata, ArtMoments Jakarta 2025 juga menghadirkan lelang empat lukisan istimewa tentang anak-anak dan keluarga karya maestro Sudjana Kerton. Sebagian hasil dari lelang tersebut akan disalurkan melalui Save the Children Indonesia untuk mendukung pemenuhan hak-hak anak di berbagai wilayah di Indonesia.
Melalui kolaborasi ini, karya seni tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga alat untuk menciptakan perubahan yang berdampak langsung pada kehidupan anak-anak. Di kesempatan malam lelang, CEO Save the Children Indonesia juga menyebarkan pesan keberpihakan pada anak kepada para kolektor dalam sambutannya.
“Kehormatan ini sangat personal bagi kami. Seperti para seniman, kami percaya bahwa tugas kami adalah turut memahat kehidupan—kehidupan yang berpihak pada anak. Kisah-kisah seperti anak-anak di Sumba Timur, yang harus berjalan jauh demi air bersih, mendorong kami untuk terus menghadirkan solusi. Lewat seni, kami ingin berbagi harapan dan mengajak lebih banyak orang menjadi bagian dari perubahan.”
Seni, Refleksi, dan Aksi dalam Booth Save the Children
Selain karya patung, Save the Children juga menampilkan sejumlah foto dokumenter anak-anak Indonesia lengkap dengan kisah inspiratif mereka. Foto-foto ini tidak dijual, namun menjadi media visual untuk membangkitkan kesadaran tentang berbagai tantangan dan harapan anak-anak di berbagai pelosok negeri.
Booth Save the Children juga menjadi titik temu antara para pengunjung, kolektor seni, dan tokoh publik yang ingin merasakan bahwa setiap kontribusi termasuk melalui pembelian patung Membuka Payung Harapan tidak sekadar memperkaya koleksi, tetapi juga memperluas ruang perlindungan dan kesempatan bagi anak-anak Indonesia. Sejumlah tokoh yang hadir pun memberikan apresiasi dan kesan mereka terhadap kolaborasi ini.
“Di booth Save the Children kita bisa sadar bahwa gerakan ini adalah gerakan yang harus didukung apalagi untuk para pecinta seni,” ucap Giring Ganesha, Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia.
