Save the Children Terima Tanda Penghargaan dari Menteri Kesehatan terkait Respons Darurat di Cianjur

Berita

Pascagempa Cianjur November 2022 lalu, Save the Children bersama para mitra tak pernah berhenti bergerak untuk pemulihan Cianjur. Kerja kolaborasi ini mendapatkan apresiasi dari pemerintah.

Kementerian Kesehatan melalui Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin memberikan tanda penghargaan kepada Save the Children sebagai “mitra kerja yang sangat berkomitmen untuk melakukan upaya kemanusiaan dalam respons darurat bencana gempa bumi Cianjur tahun 2022”. Dalam respons ini, Save the Children bekerja bersama Palang Merah Indonesia (PMI), Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI-NU), dan Yayasan SEMAK.

Ze Eza Yulia Pearlovie bersama Trisno Soebarkah, staf dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, berkata bahwa Save the Children telah berkontribusi secara khusus dalam mencegah dan mengendalikan penyakit berbasis lingkungan, seperti diare, Tuberculosis, dan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).

“Pencegahan dan pengendalian tersebut dilakukan melalui tiga cara. Pertama, koordinasi dengan Direktorat Penyehatan Lingkungan. Kedua, meningkatkan kapasitas petugas kesehatan lingkungan melalui pelatihan singkat dan pemicuan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) pada situasi bencana. Ketiga, memberikan bantuan atau dukungan logistik bidang kesehatan lingkungan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Eza dan Trisno menjelaskan bahwa tiga cara pencegahan dan pengendalian tersebut dapat dilakukan karena kerja sama yang baik antar berbagai pihak, mulai dari Kementerian Kesahatan, mitra implementasi, hingga perangkat daerah.

Contohnya, koordinasi dapat dilakukan setelah Direktorat Penyehatan Lingkungan berdasarkan komando Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI, bersama seluruh Puskesmas berdasarkan komando Dinas Kesehatan Cianjur, mendapatkan data kebutuhan air, sanitasi, dan kebersihan (WASH – water, sanitation, hygiene) para pengungsi. Setelah itu, Direktorat Penyehatan Lingkungan membantu berkoordinasi dan memfasilitasi kebutuhan WASH ke kementerian lain dan mitra pembangunan pemerintah secara bersamaan, salah satunya Save the Children.

“Tujuannya, agar para pengungsi dapat terhindar dari berbagai penyakit berbasis lingkungan seperti diare, TB, dan ISPA,” jelasnya.

Firda Dewi Yani, Humanitarian Health and Nutrition Advisor Save the Children, menceritakan proses kolaborasi ini. Mulanya, tim respons bersama tim dari Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur melakukan asesmen ke beberapa lokasi pengungsian. Setelah itu, tim langsung memetakan wilayah dan jenis dukungan yang akan diberikan. Dukungan pertama yang diberikan adalah kegiatan terkait gizi.

“Kita pergi ke lapangan bareng mereka (Kemenkes dan Dinkes). Kita selalu dukung mereka. (Respons darurat) ini program mereka juga,” kata Firda.

Sejak awal, tim respons selalu berkoordinasi dengan Kemenkes dan Dinkes. Ini termasuk koordinasi rutin harian, sebelum pergi ke lapangan, hingga saat evaluasi.

“Pagi kita ikut coordination meeting, sore kita selalu update apa yang kita lakukan,” imbuh Firda.

Sementara itu Luqman Indra Purnama, Child Health and Nutrition Specialist Save the Children, mengaku tak menyangka akan mendapat penghargaan. Apalagi, respons yang dilakukan memang bukan dalam rangka meraih penghargaan.

“Kami pikir dapat penghargaan di level kabupaten, tapi ternyata sampai ke kementerian, karena sebelumnya, penghargaan ini memang diinformasikan oleh staf Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur. Mereka mengumpulkan informasi dari mitra-mitra kerja dinas kesehatan ketika merespons bencana Cianjur,” jelas Luqman.

Save the Children menjalankan program respons di Cianjur sejak hari kedua pascagempa bersama LPBI NU, PMI, dan Yayasan SEMAK. Hingga 30 April 2023, program respons ini telah mendukung atau menjangkau 70.156 orang, termasuk 30.620 anak-anak, di 14 kecamatan dan 58 desa.

Dalam bidang kesehatan dan gizi, tim respons Save the Children mengadakan rangkaian kegiatan terkait pemberian makan bayi dan anak (PMBA) di dua desa, yang menjangkau 520 ibu hamil dan menyusui serta 221 balita. Kegiatan ini meliputi konseling, sesi edukasi dalam kelas ibu hamil, demo dapur PMBA, serta pengawasan dan evaluasi praktik PMBA. Ahli gizi lokal, bidan, dan kader kesehatan juga terlibat dalam kegiatan tersebut.

Proses pembuatan fasilitas air bersih untuk mencuci sekaligus kamar mandi umum. Dikerjakan langsung secara gotong royong oleh masyarakat. (Foto: Save the Children)

Tim respons bersama tim dari Kemenkes dan Dinas Kesehatan juga melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan dan gizi untuk 200 anak. Berikutnya, tim dari Kemenkes menindaklanjuti dengan pemberian vitamin dan suplemen yang dibutuhkan anak-anak tersebut. Selain itu, tim respons mendistribusikan 50 paket perlengkapan untuk ibu dan anak di dua desa.

Dalam bidang air bersih, tim respons Save the Children bekerja sama dengan PMI Jawa Barat, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mukti Kabupaten Cianjur, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur terkait penyediaan air bersih. Tim telah mendistribusikan 405.760 liter air bersih ke delapan lokasi di empat desa di Kecamatan Cugenang. Air bersih ini telah dimanfaatkan 722 rumah tangga atau sekitar 2.945 jiwa.

Melalui partisipasi masyarakat dan dengan pengawasan Dinas Kesehatan Cianjur, Save the Children juga telah mendistribusikan 37 unit tangki air bersih untuk 23 desa. Tangki-tangki air ini telah dipasang di 37 titik lokasi. Selain itu, Save the Children juga mendistribusikan material sistem penyangga air kepada PDAM Tirta Mukti. Material ini meliputi disinfektan air, mesin genset, empat tangki air 1.000 liter, mesin pompa air, bor, dan alat pelindung diri seperti jas hujan, rompi keselamatan, dan sepatu boot.

Bantuan alat tersebut telah digunakan PDAM Tirta Mukti untuk memperbaiki jalur distribusi yang rusak akibat gempa dan memaksimalkan distribusi air bersih, termasuk untuk masyarakat terdampak. Sebanyak 52.164 orang mendapat manfaat dari dukungan ini.

Save the Children bersama para mitra masih terus melanjutkan program respons di Cianjur. Program ini akan berjalan hingga akhir tahun 2023 dengan fokus pada pemulihan pascabencana.

“Kita integrasikan semua yang sudah kita berikan dari semua sektor. Saat ini, kita menjalankan pendidikan aman bencana. Integrasinya seperti memastikan satuan pendidikan air bersih dan sanitasi memadai. Untuk perlindungan anak juga sama. Kami membuat pelatihan yang melibatkan satuan pendidikan. Beberapa guru mendapatkan materi pengasuhan dan anti kekerasan,” ujar Luqman.

Skip to content scroll to top button