Jakarta, 17 November 2021. Hari Pneumonia Sedunia yang diperingati setiap tanggal 12 November merupakan upaya global untuk mengingatkan komunitas dunia akan Pneumonia pada anak yang masih menjadi penyebab tunggal kematian infeksi terbesar pada anak di bawah 5 tahun di seluruh dunia, yang salah satunya karena terpapar polusi udara. WHO melaporkan pada tahun 2012, polusi udara dikaitkan dengan 1 dari setiap 8 kematian secara global, atau sekitar 7 juta orang. Sekitar 600.000 di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun (WHO, 2016). Hampir satu juta anak meninggal karena Pneumonia setiap tahun, lebih dari setengahnya terkait langsung dengan polusi udara.
Hampir setengah dari kematian akibat Pneumonia pada anak di bawah usia 5 tahun disebabkan oleh partikel (jelaga) yang terhirup dari polusi udara rumah tangga. WHO melaporkan paparan polusi udara rumah tangga hampir dua kali lipat risiko Pneumonia masa kanak-kanak dan bertanggung jawab atas 45% dari semua kematian Pneumonia pada anak di bawah 5 tahun. Hubungan yang signifikan antara paparan asap rokok di dalam rumah, ventilasi, dan kepadatan hunian. Ada bukti kuat bahwa polusi udara menyebabkan penyakit dan kematian pada anak-anak dengan peningkatan risiko berat badan lahir rendah, infeksi saluran pernapasan bawah akut seperti pneumonia, dan penurunan fungsi paru-paru.
Kampanye STOP Pneumonia. STOP Pneumonia adalah Kampanye terintegrasi yang menyasar pada panyadartahuan untuk perubahan perilaku guna mengatasi pneumonia pada anak ke masyarakat luas, sosialisasi ke para pemangku kepentingan, mobilisasi sosial, dan kampanye parenting untuk menguatkan peran ayah di dalam keluarga. Kampanye STOP Pneumonia mengacu pada perlindungan, pencegahan dan pengobatan yaitu akan pentingnya ASI ekslusif dan MPASI, imunisasi, gizi seimbang, cuci tangan pakai sabun, udara bersih , rumah bebas asap dan tidak merokok. Berbagai bentuk materi komunikasi edukasi dan informasi dapat diunduh di http://stoppneumonia.id.
Di Peringatan Hari Pneumonia Sedunia 2021 ini, sejalan dengan tema Global Every Breath Counts (Setiap Napas Berharga) dengan salah satu isu polusi udara dan pneumonia, Save the Children Indonesia bersama Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Dinas Kesehatan DKI Jakarta , IDAI Jaya dan didukung oleh Clean Air Catalyst mangadakan rangkaian kegiatan kampanye bertajuk STOP Polusi Udara STOP Pneumonia di DKI Jakarta berupa Webinar pada tanggal 12 November yang dapat diakses di sini dan Bincang Sehat talkshow di instagram pada tanggal 13 november 2021 yang dapat diakses di sini.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam sambutannya di acara webinar STOP Polusi Udara STOP Pneumonia mengapresiasi acara webinar ini bahaya polusi udara yang sering mengakibatkan pneumonia bisa bersama tanggulangi dan momentum ini menciptakan kolaborasi untuk memperbaiki kualitas udara, untuk membuat anak-anak kita di Jakarta khususnya bisa terjauhkan dari bahaya pneumonia dan mengajak akhiri pneumonia pada anak khususnya di Jakarta.
CEO Save the Children Indonesia Selina Patta Sumbung menjelaskan, Save the Children Indonesia berkomitmen untuk mendukung Pemerintah Republik Indonesia dalam program-program Perubahan Iklim dan salah satunya terkait pengurangan polusi udara di DKI Jakarta. Apa yang dilakukan bersama dengan PemProv DKI Jakarta, dan seluruh mitra adalah langkah awal aksi kolaboratif dalam upaya pengurangan polusi udara dan dampaknya pada pneumonia pada anak. Harapan kami kedepannya adalah aksi kolaboratif bersama Kementerian Kesehatan RI, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan dinas terkait, Vital Strategies beserta pemangku kepentingan dan masyarakat di DKI terkait isu lingkungan dan kesehatan anak dapat diterus dilakukan dan dikembangkan agar dapat menyelamatkan anak-anak Indonesia khususnya di DKI Jakarta.
Prof DR. Dr. Bambang Supriyatno Sp.A(K), menyatakan Pneumonia adalah musuh bersama, harus ditangani bersama. Together we can!
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru-paru yang membuat paru-paru dipenuhi dengan cairan dan sel radang. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius dan tidak jarang menyebabkan kematian. Selain itu, pneumonia juga sering terlambat disadari karena gejala awalnya yang sulit dibedakan dengan penyakit pernapasan lain yang ringan seperti pilek dan selesma (common cold). Akibatnya, banyak anak-anak yang mengidap pneumonia tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya dan berdampak fatal pada kesehatan mereka.
- Batuk dan Demam
Gejala awal pneumonia adalah gejala yang menyerupai selesma (common cold) seperti batuk, pilek dan demam yang disertai lemas dan lesu yang berkepanjangan. Gejala pneumonia biasanya bertahan relatif lebih lama daripada gejala pilek dan batuk karena selesma.
- Napas Cepat dan Sesak Napas
Anak-anak yang mengidap pneumonia sering mengalami kesulitan bernapas yang ditandai dengan frekuensi napas lebih cepat, napas cuping hidung, tarikan dinding dada dan perut, serta bibir dan kuku yang membiru akibat kekurangan oksigen dalam darah. Kesulitan bernapas pada bayi lebih mudah diketahui ketika beraktivitas atau makan. Bayi yang mengalami kesulitan bernafas akan memprioritaskan mekanisme tubuhnya untuk bernapas sehingga ia akan makan lebih sedikit, gelisah, rewel, atau terlihat tidak nyaman.