Sepanjang tahun 2022, kami di Save the Children Indonesia telah bekerja di 19 provinsi melalui lebih dari 30 program pengembangan masyarakat, kemanusiaan, kampanye, dan advokasi untuk mendukung anak-anak serta keluarga dan komunitas mereka, terutama yang paling kekurangan dan terpinggirkan. Kami telah membantu lebih dari 748 ribu orang secara langsung – termasuk 451 ribu di antaranya adalah anak-anak, dan 38,5 juta orang secara tidak langsung.
Program-program kami dituntun oleh lima tujuan besar dalam rencana strategis 2022-2024. Pertama, mencegah kematian bayi baru lahir dan stunting lewat dukungan terpadu dan holistik bagi kesehatan ibu dan dengan membina perkembangan anak sejak dini dalam 1.000 hari pertama kehidupan mereka.
Kedua, menyelamatkan pembelajaran yang hilang untuk anak-anak paling terpinggirkan dan anak-anak disabilitas melalui sistem pendidikan berkualitas yang aman, berkelanjutan, dan inklusif. Ketiga, memperkuat sistem perlindungan anak milik pemerintah di semua level dan memastikan anak-anak secara inklusif terlindungi dari berbagai bentuk kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perkawinan anak atau paksa.
Keempat, membangun resiliensi anak-anak dan komunitas untuk mengatasi dampak buruk krisis iklim dan risiko bencana dalam hidup mereka melalui perlindungan sosial yang sensitif anak. Kelima, meningkatkan partisipasi anak dan orang muda dalam proses pengambilan keputusan pemerintah terhadap isu yang mempengaruhi mereka.
Banyak hal terjadi, banyak cerita muncul dalam ribuan jam kerja-kerja kami bersama mitra pendukung dan pelaksana, pemerintah, masyarakat, relawan, serta anak-anak dan orang muda. Berikut adalah sejumlah sorotan cerita perubahan selama tahun 2022 dari program-program kami di seluruh Indonesia.
Terus scroll laman ini atau klik tombol di bawah untuk langsung menuju ke tiap section.
Save the Children dan Nutrition International menjalankan program kesehatan dan gizi di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2019-2024 untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam menurunkan angka stunting. Salah satu caranya dengan kegiatan edukasi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu/pengasuh balita melalui pendekatan Emo-Demo.
Elis, salah satu ibu peserta di Bandung Barat yang memiliki anak bayi baru lahir, berbagi pengalamannya. Bagi Elis, sesi Emo-Demo paling menarik adalah Menyusun Balok Tumbuh Kembang Anak. Dia juga terkesan dengan sesi Porsi Makan Bayi dan Anak.
“(Saya suka sesi) keseimbangan gizi, yang menumpuk-numpuk balok itu. Soalnya seru saja gitu, sudah tua kayak begini, ada permainan juga, apalagi pas imunisasi (anak),” tutur Elis.
Kami bersama warga desa di Sumba Barat membangun instalasi saluran air yang lebih dekat dengan rumah warga dan bangunan fasilitas dasar, termasuk fasilitas kesehatan. Sebelumnya, warga harus mengambil air dengan berjalan kaki dari sumber yang relatif jauh.
“Sekarang anak sudah enak. Bisa bersih, mandi terus, dan bisa makan bagus karena masak (dengan air bersih),” ungkap Ranti, salah satu warga desa.
Program Skills to Succeed kami berupaya membantu remaja dan orang muda yang paling mengalami ketidaksetaraan, untuk dapat memiliki keahlian, kesempatan, dan jaringan yang mereka butuhkan untuk sukses menggapai peluang ekonomi baru, serta berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang adil, berkelanjutan, dan memiliki efisiensi sumber daya. Hingga saat ini, kami bekerja di Kota Bandung dan sekitarnya serta Kota Surabaya dan sekitarnya. Salah satu kegiatan utamanya adalah menghubungkan remaja disabilitas dengan lokasi magang.
Via (21), orang muda dengan disabilitas rungu wicara di Jawa Barat, pernah mengikuti program magang di rumah makan. Dia bertugas melayani pelanggan dengan menerima dan mengantarkan pesanan makanan.
Ada pula Dilla (18), murid disabilitas tuli di Sekolah Luar Biasa (SLB). Dia bekerja magang di bidang digital marketing, sesuatu yang memang dia suka dan cocok dengan ketrampilannya. “Selama pelatihan (program magang), lebih merasa semakin percaya diri dan mendapatkan ilmu,” kata Dilla.
Dalam Program We See Equal di Kab. Bandung dan Cianjur, Jawa Barat, kami mempromosikan kesetaraan gender remaja perempuan dan laki-laki, meningkatkan kesadaran atas pentingnya pemahaman dan akses pelayanan kesehatan, pendidikan, dan peluang lain, serta turut berupaya mengatasi persoalan norma sosial negatif karena stereotip gender negatif.
Upaya-upaya kami beragam. Salah satunya adalah mengajak anak-anak murid menjadi agen perubahan untuk mencegah kekerasan dan perundungan di sekolah.
Alvin, murid SMP kelas 9, adalah salah satu agen perubahan. Kini dia tidak hanya aktif di ekstrakurikuler dan kepengurusan OSIS, tetapi juga lebih sensitif merespons kejadian perundungan di sekitarnya. Dia ingat bahwa saat masih SD dulu, dia juga pernah menjadi perundung.
“Waktu kelas 6 SD, saya merasa paling tinggi. Saat itu, benar-benar tidak ada informasi tentang bullying, saya pikir itu kewajaran,” kenang Alvin.
Kayla, murid SMP kelas 9, terlibat dalam penelitian mengenai hak anak di Indonesia. Kayla mendapati temuan bahwa ternyata masih banyak anak perempuan tidak mendapatkan pendidikan setara dengan laki-laki.
“Gara-gara jarak dan jalan, masalah kendaraan. Tidak ada yang menemani ke sekolah,” kata AN*.
AN (16), anak petani kakao di Desa Sengang Palie, Kabupaten Bone, sempat putus sekolah karena terkendala jarak dan akses transportasi. Kelompok Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) di desanya membantu AN untuk bisa kembali bersekolah melalui Program Kejar Paket.
Kisah AN* adalah satu dari beberapa kasus terkait pemenuhan hak anak yang ditangani oleh PATBM dan pemerintah desa. Salah satu kasus lain adalah rencana perkawinan anak yang akhirnya bisa dicegah. Semuanya dimungkinkan lewat kolaborasi antar lembaga dan antar pemerintah desa.
Pembentukan sistem pemantauan dan remediasi kasus pekerja anak serta isu-isu hak anak lain seperti ini merupakan bagian dari program perlindungan anak di komunitas masyarakat pertanian dan desa. Program kami di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah dijalankan Save the Children bersama Lembaga Pemberdayaan Perempuan (LPP) Bone, Wadjo Foundation, dan Yayasan Panorama Alam Lestari.
“Rasanya senang. Bisa bersosialiasi dengan teman-teman juga. Percaya diri lagi,” ungkap Reski.
Reski (17), anak petani kakao di Soppeng, Sulawesi Selatan, sudah tidak lagi menggunakan alat berbahaya untuk membantu ayahnya membuka buah kakao. Namun dia sempat putus sekolah karena persoalan jarak tempuh. Dengan bantuan kelompok Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM), kini Reski sudah bisa melanjutkan sekolah di jenjang SMK.
Kisah Reski adalah satu dari beberapa cerita di Desa Goarie mengenai anak-anak yang dibantu oleh para kader PATBM untuk terhindar dari pekerjaan berbahaya, kembali ke sekolah, atau terhindar dari perkawinan anak.
Di Desa Congko, kader PATBM yang lebih muda juga bergerak untuk memastikan pemenuhan hak-hak anak, termasuk perlindungan dan pendidikan. Melalui PATBM, masyarakat lintas generasi sama-sama bekerja untuk melindungi hak anak.
Pembentukan sistem pemantauan dan remediasi kasus pekerja anak serta isu-isu hak anak lain seperti ini merupakan bagian dari program perlindungan anak di komunitas masyarakat pertanian dan desa. Program kami di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah dijalankan Save the Children bersama Lembaga Pemberdayaan Perempuan (LPP) Bone, Wadjo Foundation, dan Yayasan Panorama Alam Lestari.
Pada tahun 2022, Save the Children bersama para mitra menjalankan program respons darurat di beberapa lokasi: di Pasaman Barat setelah gempa Februari bersama Jemari Sakato, di Ketapang dan Lebak setelah banjir bandang Oktober, di Jembrana setelah banjir bandang Oktober bersama Yayasan IDEP, serta di Cianjur setelah gempa November bersama PMI, LPBI NU, dan Yayasan SEMAK.
Kegiatan respons kami mencakup antara lain dukungan psikososial, identifikasi masalah perlindungan anak yang butuh rujukan, edukasi kesiapsiagaan bencana, promosi praktik higiene dan PMBA (pemberian makan bayi dan anak), distribusi barang non pangan termasuk shelter kit dan back to school kit, distribusi air bersih, dan distribusi bantuan non tunai multi guna.
Program respons kami di Cianjur masih berlanjut hingga tahun 2023. Tim respons humanitarian kami bekerja di lima sektor meliputi distribusi barang non pangan, perlindungan anak, pendidikan, WASH (air, sanitasi, dan kebersihan), serta kesehatan dan gizi.
Save the Children bersama para mitra melanjutkan Program Respons COVID-19 pada tahun 2022. Fokus respons kami adalah membantu Pemerintah Indonesia terkait kebutuhan medis masyarakat terdampak, termasuk testing dan tracing; memitigasi dampak COVID-19 pada kelangsungan hidup anak, termasuk kesehatan jiwa dan psikososial; melindungi anak-anak dari risiko kekerasan dan eksploitasi; memastikan anak-anak terus mendapatkan akses pembelajaran; dan mendukung keluarga kekurangan dan terpinggirkan lewat bantuan keuangan nontunai.
Sejumlah sorotan kegiatan respons kami antara lain: 1) distribusi peralatan medis untuk faskes di 10 provinsi dan bantuan nontunai multiguna untuk keluarga rentan di enam provinsi – keduanya didukung oleh Pemerintah Australia Barat dan dijalankan bersama PMI Papua Barat, CIS Timor, Sikola Mombine, Yayasan IDEP, dan Dompet Dhuafa; 2) serta mobilisasi vaksinasi COVID-19 inklusif di lima provinsi disertai dengan kampanye komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat – keduanya melalui program Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) dan dijalankan bersama Jalin Foundation, Migrant Care, PKBI DIY, Yayasan IDEP, CIS Timor, dan Sulawesi Community Foundation.
Child Campaigner adalah jaringan/network juru kampanye anak dan orang muda. Mereka menginisiasi dan memimpin kampanye mereka sendiri dengan berbagai macam isu yang menjadi perhatian mereka.
Save the Children memfasilitasi dan membangun kapasitas child campaigner agar mereka dapat berkampanye dengan aman dan berdampak untuk anak dan orang muda di Indonesia.
Pada tahun 2022, Child Campaigner di Jawa Barat, Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Jakarta, dan Sulawesi Selatan menjadi penggerak utama dalam kampanye Aksi Generasi Iklim Save the Children. Dalam kampanye ini, kami bergerak bersama untuk membantu anak-anak memahami dampak krisis iklim, serta memiliki tindakan kolaborasi dalam mengatasi dan beradaptasi dengan dampaknya demi masa depan berkelanjutan.
Beberapa kegiatan yang telah dijalankan di antaranya: lokakarya dan festival film dokumenter anak, diskusi publik, pentas seni, aksi bersih pantai dan tanam pohon bakau, aksi bersih sungai, konferensi pers, talkshow TV bersamaan dengan pembentangan spanduk kanvas suara anak terpanjang dari empat benua, serta audiensi ke kementerian dan perwakilan diplomatik di Jakarta.
Save the Children melalui Program HEAL mendampingi anak-anak di Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur untuk lebih memahami isu hak-hak anak dan menyuarakan persoalan tersebut kepada para pemangku kepentingan dan khalayak. Program HEAL dijalankan oleh Save the Childreen, Yayasan TIFA, dan YLBHI.
Beberapa upaya pendampingan anak-anak antara lain proyek penelitian kecil bersama anak-anak tentang isu perkawinan anak di desa, pelatihan child-led advocacy atau upaya advokasi yang gagasan dan kegiatannya dipimpin oleh anak, serta pelatihan kampanye kreatif lewat cerita. Anak-anak didukung untuk dapat bersuara di tingkat desa hingga provinsi dan berkampanye untuk isu-isu yang penting bagi mereka.
Hasil riset anak-anak tentang isu perkawinan anak telah dipresentasikan dalam perayaan Hari Anak Nasional 2022 di Lombok Tengah. Suara-suara anak tentang persoalan yang dihadapi oleh kelompok minoritas agama telah disampaikan dalam salah satu forum PBB, yaitu Universal Periodic Review Side Event 2022.
Dalam isu lain, Save the Children bersama Children & Youth Advisory Network (CYAN) bekerja untuk membantu anak-anak dan orang muda lebih memahami isu krisis iklim melalui Model Pembelajaran Sekolah Cerdas Iklim atau SEKOCI. Melalui SEKOCI, anak-anak dan orang muda belajar tentang upaya adaptasi dan mitigasi menghadapi krisis iklim, yang berdampak pada hak-hak anak – dalam pembahasan yang lebih ramah anak, serta mendorong literasi, aksi, dan advokasi isu krisis iklim.
Pada tahun 2021-2022, pembelajaran ini telah melibatkan anak dan orang muda di DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Tengah. SEKOCI juga telah terpilih sebagai salah satu dari dua ide terbaik dari 200 ide yang diajukan di Y20 Post-Summit High Level Panel dengan tema the Sustainable Planet.
Semua anak dan orang muda memiliki kesempatan setara untuk menyuarakan pendapatnya dan terlibat dalam aksi nyata terkait perubahan iklim yang berdampak pada mereka. Partisipasi anak yang bermakna akan membangun resiliensi anak dalam menghadapi krisis iklim.
Inclusive Incubator for Young Changemakers atau i2Change adalah program inisiatif Save the Children untuk mendukung anak-anak usia 13-17 tahun dalam berinovasi dan menciptakan proyek perubahan. Program ini membantu anak-anak dan orang muda yang punya banyak ide aksi untuk merespons masalah sosial dan lingkungan di sekitar, tetapi tidak memiliki peluang dan akses untuk melakukannya. Mereka dilatih dan didampingi dalam mengidentifikasi masalah, mendesain solusinya, serta mengembangkan dan menerapkan ide perubahan tersebut.
Program inkubasi ini dijalankan lewat tiga kegiatan inti. Pertama, sesi materi untuk membekali para inovator dengan sejumlah pengetahuan spesifik dari para ahli untuk menunjang proyek perubahan. Kedua, sesi penerapan ide solusi ke dalam proyek perubahan yang berkolaborasi dengan masyarakat dan pihak terkait. Ketiga, sesi pendampingan untuk mengevaluasi, menyempurnakan, dan merencanakan ulang prototipe proyek perubahan.
Pada tahun 2022, i2Change telah dilaksanakan di Sumba, Nusa Tenggara Timur, dan melibatkan 46 anak-anak dalam 14 kelompok.
Menciptakan perubahan positif tak tergantikan untuk dan bersama anak-anak
Bagikan laman Kaleidoskop 2022 ini: