
Save the Children memberikan dukungan psikososial bagi guru dan anak-anak murid yang terdampak gempa Cianjur, Jawa Barat. Tim respons darurat Save the Children bekerja sama dengan sejumlah guru SMP di Cianjur untuk memberikan dukungan ini di beberapa lokasi.
Lokasi pertama adalah Kecamatan Warungkondang, Cianjur pada Sabtu, 26 November 2022. Pertama-tama, beberapa guru SMP mengikuti sesi dukungan psikososial. Dukungan berfokus pada pengelolaan stres atau kondisi mental lain pascagempa Cianjur yang terjadi pada Senin, 21 November.
Setelah mengikuti sesi, guru-guru tersebut mendapatkan pelatihan untuk mengadakan sesi serupa di lingkungan sekolah. Harapannya, guru-guru fasilitator dapat mengidentifikasi kondisi mental rekan guru dan murid serta memberikan dukungan sesuai kapasitas masing-masing.
Randi* dan Yeni* adalah dua di antara guru yang mengikuti sesi dan dilatih sebagai fasilitator. Keduanya merupakan guru di salah satu SMP yang juga menjadi sekolah dampingan program Save the Children di Cianjur.
“Saya tertarik untuk langsung bergabung begitu melihat pengumumannya sebab ini sangat penting. Walaupun sebagai guru, kami berinteraksi tiap hari dengan murid, tetapi jika sudah situasi bencana begini, pasti beda penanganannya,” jelas Randi.
Lebih lanjut Randi menjelaskan, dia mengikuti pelatihan dukungan psikososial ini karena ia benar-benar membutuhkan informasi lengkap. Salah satunya, seperti apa hal-hal yang perlu dilakukan setelah bencana terjadi. Jika sekolah sudah mulai aktif lagi, ia akan menyempatkan berbagi materi ini di tengah proses belajar mengajar.
“Jika sudah mulai aktif daring lagi, saya akan sampaikan (materi dari pelatihan dukungan psikososial) di situ kepada anak-anak,” sambung Randi.

Sementara itu, Yeni berharap guru-guru lain dapat mengikuti kegiatan seperti ini. Gempa besar pada 21 November terjadi saat beberapa sekolah masih melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga banyak guru dan murid terdampak.
“Jadi saat ada kejadian, para guru bisa langsung tanggap. Karena situasi bencana, tentu akan berbeda dengan sehari-hari,” ungkap Yeni.
Menurut Imelda Usnadibrata, Head of Education Save the Children Indonesia, pendidikan adalah salah satu hak anak yang harus dipenuhi apapun situasinya, termasuk dalam situasi darurat seperti yang terjadi di Cianjur pascagempa.
“Anak-anak penting untuk segera mendapatkan layanan dukungan psikososial, di mana ini termasuk dalam unsur pendidikan dalam situasi darurat. Tujuan utama adalah memastikan anak-anak dapat mengatasi rasa khawatir, takut, cemas, dan tentunya, dengan bertemu teman serta guru, mereka akan senang kembali belajar dan bersekolah,” kata Imelda.

Sebelumnya, gempa dengan magnitudo 5,6 terjadi di Cianjur, Jawa Barat, pada Senin, 21 November 2022 pukul 13.21 WIB dengan titik pusat gempa pada kedalaman 10 km. Gempa ini berdampak pada rusaknya 524 satuan pendidikan mulai dari PAUD sampai dengan perguruan tinggi, termasuk madrasah.
Menurut laporan Kemdikbudristek pada 24 November 2022 pukul 18.00 WIB, tercatat 31 siswa dan 6 guru meninggal dunia, serta 367 peserta didik dan 76 guru luka-luka. Gempa juga menghancurkan 2.235 ruang kelas dengan tingkat kerusakan ringan, sedang, dan berat.
Save the Children Indonesia telah hadir sejak Selasa, 22 November, untuk memberikan bantuan bagi anak-anak keluarga, dan masyarakat terdampak gempa di Cianjur. Hingga Selasa, 29 November, sebanyak 22 orang guru telah mendapatkan dukungan psikososial dan pelatihan untuk menjadi fasilitator di sekolah. Sementara itu, sekitar 700 anak telah mendapatkan manfaat dari kegiatan dukungan psikososial di ruang ramah anak Save the Children.
Terkait bantuan non pangan, Save the Children telah mendistribusikan 500 shelter kit (terpal), 350 paket kebersihan keluarga, 124 paket kebersihan anak, dan 500 masker KN95 untuk 500 keluarga. Selain itu, Save the Children juga telah mendistribusikan 7.000 liter air bersih untuk 721 rumah tangga. •
*) Nama disamarkan