Putri, seorang siswa perempuan di salah satu SD di Jakarta Timur, adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya sudah bersekolah di SMP. Ayahnya bekerja sebagai pembuat lemari. Ibunya berjualan makanan. Saat ini, Putri dan keluarganya tinggal di sebuah rumah kontrakan di pemukiman padat penduduk di Jakarta.
Pada masa awal pandemi di awal tahun 2020, ayah Putri sempat kehilangan pekerjaan sehingga tidak memiliki penghasilan selama sekitar 6 bulan. Kondisi ekonomi keluarga menjadi sulit. Keadaan ini mendorong ibu Putri untuk membuka usaha makanan lauk pauk. Usaha kecil ini berlangsung hingga sekarang.
Masa pandemi tidak hanya berdampak terhadap perekonomian keluarga seperti keluarga Putri. Pandemi juga berdampak pada dimensi kehidupan anak-anak karena berbagai perubahan yang mendadak, seperti cara pembelajaran di sekolah, kebiasaan diri, dan pembatasan sosial. Situasi ini menghambat pemenuhan beberapa kebutuhan dan hak-hak anak, meskipun di sisi lain, tujuannya adalah melindungi kesehatan dan keselamatan anak dari paparan COVID-19.
Putri pun mengalami perubahan kondisi di masa pandemi yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan dan haknya sebagai anak. Begini penuturan Putri tentang suasana dan respons perasaannya di masa pandemi.
“Jenuh karena harus di rumah terus. Ada juga kesulitan dalam belajar pelajaran sekolah karena pelajaran disampaikan lewat video. Internet juga susah, enggak stabil. Untuk mengerti pelajaran, butuh waktu lama. Merasa sedih juga karena tidak bisa ke sekolah dan ketemu teman-teman sekolah. Kangen dengan teman.”
Putri tidak sendirian. Anak-anak lain juga menangkap suasana dan merasakan situasi yang sama selama masa pandemi. Anak-anak membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psikososial agar mereka tetap merasa sejahtera di masa penuh tekanan dan sulit selamat pandemi COVID-19.
Save the Children bersama dengan Yayasan PULIH, sebagai bagian dari Program MHPSS (Mental Health and Psychosocial Support), mengadakan kegiatan untuk mendukung kesehatan mental dan psikososial anak-anak SD dan SMP di Jakarta Timur dan Kota Bandung. Salah satu kegiatan program adalah pemberian peralatan penunjang aktivitas bernama HEART @Home Kit (Healing and Education through the Arts at Home Kit).
Paket HEART berisi peralatan yang mendukung anak-anak membuat karya seni sebagai bentuk ekspresi dan sekaligus relaksasi. Paket ini juga dilengkapi buku panduan sebagai petunjuk pelaksanaan kegiatan HEART dan buku bacaan edukatif bagi siswa sesuai jenjang usia. Anak-anak dapat melakukan kegiatan menggambar, membentuk lilin, atau membuat karya seni lain dengan harapan mereka bisa mengelola stres.
Putri adalah salah satu siswa yang mendapat paket HEART. Ibu Putri bercerita bagaimana paket HEART bermanfaat bagi anaknya.
“Alhamdulillah bisa mendapat bantuan. Bermanfaat sekali untuk kreativitas anak dan menghibur anak. Bisa untuk anti stres. Anak pakai peralatan untuk kegiatan antar pelajaran. Terutama lilin mainan dan crayon. Sangat bermanfaat. Ke depannya, saya berharap ada program seperti ini lagi,” kata ibu Putri.
Putri menggunakan paket HEART untuk mengisi waktu jeda di antara sesi belajar atau mengerjakan tugas sekolah. Selain untuk diri sendiri, Putri juga juga menggunakan paket HEART untuk bermain dengan teman-teman sebaya di tempatnya tinggal.
“Aku menggunakan paket yang diberikan untuk mewarnai, menggambar, dan membuat kreasi dari lilin sebagai anti stres. Anti stres dengan melakukan aktivitas-aktivitasnya bersama dengan kakak di rumah sejak ada corona (pandemi).”
Dengan melakukan aktivitas seni, kegiatan relaksasi, dan penghilang stres seperti dalam panduan HEART @Home Kit, Putri merasa terhibur, rileks, dan gembira. Anak-anak seperti Putri mungkin belum memahami secara mendalam tentang kesehatan mental. Namun dengan melakukan kegiatan HEART @Home Kit, mereka sebenarnya telah belajar untuk merawat kondisi psikologis mereka.
Sedari dini, anak sudah mulai belajar merawat kesehatan mental melalui aktivitas yang mereka sukai. Harapannya, mereka dapat menumbuhkan kebiasaan untuk merawat kesehatan mental. Kebiasaan ini berguna untuk mengembangkan resiliensi anak dalam menghadapi situasi yang menekan seperti saat ini atau tekanan lain di masa mendatang dalam hidup mereka.