Persentase ASI Eksklusif di Kabupaten Timor Tengah Utara menurut baseline study Program BISA tahun 2020 adalah 64,3%. Sementara itu, persentase anak yang menerima makanan prelaktal sebesar 5,4%. Keberhasilan ASI Eksklusif dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan dan kesadaran ibu/pengasuh, dukungan dari suami/keluarga, dukungan tenaga kesehatan, dan lingkungan pendukung lain. Berdasarkan baseline study BISA, diketahui hanya sekitar 60,9% ibu/pengasuh anak usia bawah dua tahun yang sadar akan ASI Eksklusif, sementara di kalangan ibu/pengasuh anak bawah 6 bulan hanya sekitar 65,1%. Pemberian makanan prelaktal dan kegagalan ASI Eksklusif salah satunya disebabkan karena ibu/pengasuh/keluarga tidak tahu dan tidak sadar mengenai ukuran lambung bayi pada satu bulan pertama kelahiran.
Untuk mendukung perubahan perilaku terkait gizi ibu dan bayi/anak di Timor Tengah Utara, Program BISA bersama Dinas Kesehatan Kabupaten menyelenggarakan Training of Trainers Emo Demo selama tiga hari pada Maret 2021. Peserta kegiatan tersebut terdiri dari 38 orang staf Dinas Kesehatan Kabupaten, PKK Kabupaten, Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan Tenaga Promosi Kesehatan dari Puskesmas di wilayah Program BISA, dan bidan desa dari 20 desa dampingan. Dari pelatihan ini, muncul rencana tindak lanjut dari TPG dan bidan desa. Mereka akan melakukan fasilitasi kegiatan Emo Demo di Posyandu dan/atau kelas ibu hamil.
Pada bulan April 2021, terjadi Siklon Seroja di Nusa Tenggara Timur. Siklon tersebut menyebabkan aliran listrik terputus selama 2 minggu. Hal ini juga menyebabkan telekomunikasi terganggu karena daya untuk menyalakan pemancar telekomunikasi berasal dari listrik.
Di tengah keterbatasan ini, ada dua TPG dari Timor Tengah Utara yang menceritakan keseruan kegiatan Emo Demo “ASI Saja Cukup” yang mereka lakukan bersama bidan desa. Kegiatan tersebut dilakukan di Posyandu dan di kelas ibu hamil.
Di desa Neonasi, Emo Demo tentang ASI Saja Cukup dilaksanakan di Posyandu pada 9 April 2021. Ada 20 orang tua balita hadir saat sesi Emo Demo berlangsung.
“Kami melakukan Emo Demo ini dengan meminjam alat dari Desa Tuabatan. Di desa ini, kader belum dilatih Emo Demo, makanya bidan desa (Rosalinda Afoan Olin) dan saya yang memfasilitasi,” kata Imelda Banase, TPG Puskesmas Bijaepasu. “Emo Demo ini kami lakukan agar orang tua balita dan ibu hamil dapat mengerti mengapa ASI saja yang hanya boleh diberikan untuk bayi, dan juga untuk semakin melatih bidan desa.”
“Tanggapan ibu-ibu balita baik. Dan karena Emo Demo disampaikan dengan cara sederhana, mereka mengerti. Selain itu, diselingi permainan lucu dan menarik serta ada salam rumpi sehatnya,” ungkap Imelda Banase.
“Fasilitator merasa dengan cara sederhana, orang tua balita dan ibu hamil bisa mengerti. Selain itu, fasilitator Emo Demo semakin berani bicara di depan orang banyak,” lanjutnya.

Sementara itu Emo Demo “ASI Saja Cukup” untuk kelas ibu hamil yang merupakan gabungan ibu hamil dari desa Lapeom dan desa Nifunenas difasilitasi oleh Imelda Taenu, TPG Puskesmas Mamsena dan didampingi oleh bidan Desa Lapeom dan Nifunenas. Kegiatan dilakukan pada Jumat, 17 April 2021 dan diikuti oleh 10 orang ibu hamil. Sesi Emo Demo disampaikan setelah kelas ibu hamil.
“Ibu-ibu senang dengan kegiatan Emo Demo ini karena kegiatannya tidak lama, tetapi mereka menangkap kesimpulan dari Emo Demo,” terang Imelda Taenu. ”Semua ibu hamil aktif dalam Emo Demo.”
“Kegiatan Emo Demo topik ASI Saja Cukup sangat bagus karena dengan Emo Demo yang kami bawakan, ibu hamil bisa tahu dan mengerti pesan yang disampaikan dan bisa menjadi bekal untuk dipraktikkan saat melahirkan nanti,” lanjut Imelda Taena dengan antusias.
Hal yang sama pernah diungkapkan oleh Imelda Taena dalam sesi Training of Trainers Emo Demo sebelumnya. Saat itu, dia bercerita bahwa dia baru sadar kalau lambung bayi ukurannya sangat kecil sehingga ASI saja cukup.
“Saya saja baru sadar, apalagi mereka (bidan desa dan kader) pasti senang karena tahu ukuran lambung bayi pada saat 1 hari, 3 hari, seminggu dan sebulan. Dengan ukuran yang demikian kecil, maka ASI saja cukup, tidak perlu memberi pisang atau makanan atau minuman lain,” ungkapnya.
Semoga apa yang dilakukan oleh para TPG dan Bidan Desa ini membantu meningkatkan kesadaran dan praktik ASI Eksklusif di desa-desa tersebut.
*) BISA (Better Investment for Stunting Alleviaton) adalah program yang dijalankan oleh Save the Children dan Nutrition International.