Kisah Keluarga Ani Menghadapi COVID-19 bersama Anak Disabilitas

Indonesia menghadapi gelombang kedua pandemi COVID-19 dengan peningkatan kasus positif yang tajam sejak pertengahan Juni 2021. Menurut data resmi pemerintah, laporan kasus harian tertinggi adalah sebanyak 56.757 kasus pada 15 Juli 2021. Hingga 5 Agustus 2021, akumulasi kasus positif yang tercatat di Indonesia sejak awal pandemi telah mencapai 3,56 juta kasus.

Pandemi berdampak luas pada kehidupan masyarakat. Selain pada aspek kesehatan dan keselamatan jiwa, pandemi juga memukul ekonomi banyak keluarga di Indonesia. Keluarga Ani* (46) di Jawa Barat adalah salah satunya.

Seluruh anggota keluarga Ani terkonfirmasi positif COVID-19, termasuk Laila* (11 bulan), anak bungsunya yang memiliki disabilitas fisik. Seluruh anggota keluarga terpaksa harus menjalani isolasi mandiri di rumah. Anak pertama (25) dan kedua (19), yang bekerja di sebuah perusahaan alih daya dan menjadi penopang utama ekonomi keluarga, harus berhenti bekerja selama isolasi mandiri.

Suami Ani dulu juga seorang pekerja alih daya, tetapi sudah berhenti bekerja karena putus kontrak sebelum pandemi. Ani sendiri biasa berjualan di warung, tetapi harus berhenti saat pandemi. Sumber pendapatan utama keluarganya adalah dari anak pertama dan kedua yang bekerja sebagai tenaga alih daya.

Laila memiliki disabilitas fisik sejak lahir. Ada kelainan organ pencernaan yang membuat dia harus menjalani operasi. Salah satu efeknya adalah kini dia tidak dapat makan atau minum produk atau masakan olahan susu. Karena itu, Ani harus ekstra hati-hati dalam memilih atau mengolah makanan untuk Laila yang punya kebutuhan khusus. Kondisi ini juga membuat Ani sulit terpisah dari Laila jika Ani terpapar COVID-19.

Dalam situasi pandemi seperti saat ini, anak disabilitas memiliki risiko lebih besar dibanding yang lainnya. Anak disabilitas serta keluarga mereka perlu mendapat prioritas akses terhadap bantuan kebutuhan dasar dan layanan khusus.

Save the Children di Indonesia melalui program respons COVID-19 berkoordinasi dan memberikan dukungan teknis kepada pihak-pihak terkait untuk memastikan anak-anak disabilitas dan keluarga mendapat akses terhadap bantuan kebutuhan dasar dan layanan kesehatan.

Untuk keluarga Ani, Save the Children memberikan bantuan bahan pangan untuk persediaan selama sepekan. Bantuan ini melengkapi bantuan dan dukungan lain yang didapatkan keluarga Ani dari saudara-saudara dan tetangga sekitar.

“Saya merasa terbantu sekali dengan bantuan ini. Terima kasih sudah mengirim bantuan ini. Alhamdulillah merasa terbantu,” ungkap Ani.

“Bantuan ini bisa ada seminggu buat beras. Telur juga sekitar seminggu,” sambungnya.

Selain bantuan bahan pangan untuk keluarga Ani dan keluarga-keluarga lain, Save the Children juga mendistribusikan ribuan APD bagi tenaga kesehatan dan paket kebersihan bagi keluarga-keluarga yang rentan. Lewat kolaborasi dengan mitra-mitra program, Save the Children juga menyediakan layanan tes antigen gratis bagi keluarga dengan anak-anak disabilitas, dukungan psikologis bagi tenaga kesehatan, serta hotline dukungan psikologis awal bagi anak-anak dan keluarga yang terdampak COVID-19 dan butuh pendampingan.

 

*) Semua nama disamarkan

Bagikan Artikel Ini

Skip to content scroll to top button