
Seperti kita ketahui, pandemi COVID-19 di Indonesia punya imbas besar terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan anak-anak. Seluruh sekolah harus ditutup dan anak-anak terpaksa belajar dari rumah. Gangguan dalam dunia pendidikan ini meningkatkan risiko banyak anak tidak kembali ke sekolah, risiko menghadapi kekerasan di rumah, risiko pekerja anak, atau risiko pernikahan dini.
Pada tahun 2021 ini, Save the Children Indonesia meluncurkan kampanye Save Our Education. Lewat kampanye Save Our Education ini, kita bekerja sama dengan anak-anak dalam menyuarakan harapan anak-anak serta hak atas akses belajar yang berkualitas di lingkungan yang aman. Kita juga membangun kolaborasi dan bermitra dengan berbagai komunitas, organisasi masyarakat sipil (CSO), public figure, perusahaan, dan pemerintah dalam menjalankan kampanye ini.
Pada 14 Maret 2021, bertepatan dengan momen satu tahun sejak sekolah di Indonesia ditutup karena pandemi, rangkaian kampanye Save Our Education dibuka dengan obrolan daring di Instagram Live antara Atiqah Hasiholan, seorang aktris dan public figure, dengan Stella (15), seorang anak Sumba yang juga tergabung dalam Children & Youth Advisory Network (CYAN). Dalam waktu satu hari, wawancara ini telah ditonton oleh lebih dari 19 ribu pengguna Instagram. Pada hari yang sama, refleksi Save the Children Indonesia tentang satu tahun pembelajaran jarak jauh dan kampanye Save Our Education juga disampaikan kepada rekan-rekan jurnalis. Sekitar 50 media massa turut mengangkat pemberitaan tentang isu ini.
Pada bulan pertama kampanye ini berjalan, 21 anak telah bergabung untuk menjadi child campaigner dan merumuskan kampanye yang menurut mereka sangat sesuai dengan isu yang terjadi pada anak-anak saat ini. Mereka juga menyusun agenda kampanye dan mengidentifikasi cara-cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mengajak publik terlibat dalam gerakan kampanye anak ini.
Beberapa konsep kampanye yang dihasilkan dari diskusi-diskusi yang dilakukan oleh para campaigner anak ini menitikberatkan pada beberapa isu, antara lain anak-anak yang kehilangan perhatian dari orang tua atau dalam situasi broken home, anak-anak dengan disabilitas, anak-anak yang tinggal di pedalaman dan hunian sementara, serta pendidikan anak perempuan.
Kampanye ini akan berjalan sepanjang tahun 2021 dan tentu saja membuka ruang partisipasi yang inklusif dan ramah bagi anak untuk berdiskusi dan menciptakan gerakan kampanye untuk menyelamatkan pendidikan mereka, khususnya dalam situasi pandemi yang masih terjadi hingga saat ini.