Cerita Ribka, Ubah Diri untuk Mengubah Dunia Sekitar melalui Program i2Change 

Cerita Penggerak

Insecure saat ini menjadi sebuah istilah yang populer digunakan untuk memaknai rasa tidak percaya diri seseorang. Hal inilah yang dialami oleh Ribka, anak muda berusia 18 tahun dari Sumba yang saat ini sudah duduk di bangku perkuliahan. Sehari-hari, Ribka merasa dirinya sangat pemalu dan kurang percaya diri untuk berbicara di depan umum. Setiap Ribka mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapat di muka umum, tangan dia akan merasa gemetar dan muncul perasaan takut.   

“Dulu setiap ada kesempatan untuk menyampaikan bertanya di kelas, rasanya takut sekali untuk angkat tangan,” ucap Ribka ketika ditanya tentang pengalamannya saat duduk di bangku SMA. 

Namun, rasa takut ini tidak menghalangi Ribka untuk terus meningkatkan kepercayaan dirinya. Oleh karena itu, Ribka termotivasi untuk bisa melakukan perubahan dalam dirinya. Ketika mendengar ada program untuk anak dan orang muda dari Save the Children, Ribka langsung tergerak untuk mendaftar. 

“Waktu itu dengar dari teman yang pernah ikut kegiatan Save the Children, katanya kegiatannya seru dan bisa belajar banyak hal. Kebetulan di Sumba jarang sekali ada kegiatan untuk anak muda jadi saya langsung ambil kesempatan untuk daftar.” 

Selama kurang lebih lima bulan, dari bulan Juni-Oktober 2022, ia mengikuti Program  I2Change atau Inclusive Incubator for Future Changemakers dari Save the Children. Ribka dan 45 anak lain didampingi dan mendapatkan berbagai pelatihan seperti design thinking, presentasi ide, komunikasi, dan advokasi isu-isu sosial yang dialami dan dirasakan oleh anak Sumba. Kegiatan-kegiatan dalam i2Change bertujuan untuk meningkatkan kapasitas anak-anak dan orang muda di Sumba dalam menemukan solusi atas permasalahan sosial yang ada dan menjadikan mereka agen pembawa perubahan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. 

Pada saat awal mengikuti kegiatan i2change, Ribka sangat pemalu dan jarang berbicara. Namun setelah mendapat kesempatan presentasi ide solusi di depan teman-teman, kepercayaan diri Ribka meningkat. Ia juga aktif menyampaikan pendapatnya di setiap kesempatan.  

Ribka dan timnya, Prairame Club, menginisiasi proyek daur ulang sampah  dan sosialisasi peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah di Desa Lapale, Kabupaten Sumba Barat. Proyek ini dibangun oleh Ribka dan tim karena melihat keresahan di masyarakan akan sampah yang berserakan di mana-dimana dan terbatasnya tempat sampah di desa tersebut.  

“Saat kami datang ke Lapale, kami melihat anak-anak bermain di tengah tumpukan sampah. Sampah sangat berserakan dan bahkan ada bangkai hewan. Bahkan, salah satu warga bercerita bahwa ada satu anak yang meninggal karena tertimbun sampah saat sedang bermain,” ungkap Ribka. 

Tim Prairame Club yang digawangi oleh Ribka (kiri), Jendri (tengah), dan Intan (kanan) saat sedang melaksanakan lokakarya daur ulang sampah. (Foto: Save the Children) 

Ribka bersama timnya membuat aksi perubahan melalui manajemen bank sampah. Mereka mengadakan lokakarya daur ulang sampah untuk warga Desa Lapale dan memberikan pelatihan untuk mengubah sampah menjadi barang yang bernilai. Sebanyak 22 warga dari tiga dusun berpartisipasi dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Ribka dan tim. Hasil dari lokakarya ini kemudian dipamerkan dan dijual dalam “Festival Trash to Cash”.  

Melalui aksi perubahan, Ribka yang awalnya pendiam dan malu untuk berkomunikasi di depan umum, sekarang berani untuk mengajak lebih banyak orang melakukan sesuatu. Tidak hanya anak muda, tetapi hingga dewasa untuk bisa membawa praktik baik bagi lingkungan.   

“Sejak mengikuti kegiatan i2change, saya berprinsip untuk jangan takut gagal dan coba saja dulu. Saya juga belajar menjadi lebih kreatif dan kritis terhadap hal-hal yang ada di sekitar saya. Sekarang saya menjadi lebih percaya diri untuk berbicara di depan banyak orang,” kata Ribka.  

Tim Prairame Club melakukan sosialisasi dan mengajak warga Lapale untuk lebih peduli ke lingkungan dan melakukan daur ulang sampah. 

Selain itu, Ribka juga berkesempatan untuk mengikuti kegiatan Pekan Raya Perubahan. Kegiatan ini memberikan ruang bicara bagi dia untuk mempresentasikan hasil proyek perubahan yang dia ciptakan di hadapan guru, dosen, dan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat. Tim Prairame Club mengajak masyarakat Desa Lapale untuk mempresentasikan produk daur ulang yang sudah mereka buat.  

Proyek yang dijalankan Ribka berhasil membawa namanya melambung dan dikenal sebagai gadis pengubah sampah di kampusnya. Ribka diberikan kepercayaan oleh kepala program studi di universitas untuk menceritakan pengalamannya dalam menjadi agen pembawa perubahan di komunitas di hadapan 500 mahasiswa saat kegiatan class meeting penerimaan mahasiswa baru.  

Setelah menyampaikan pengalaman membuat proyek perubahan di komunitas, banyak mahasiswa terinsipirasi untuk berkontribusi terhadap isu-isu di sekitar mereka. Salah satunya adalah pembentukan komunitas peduli sampah di universitas untuk pertama kalinya. 

Save the Children melalui Program i2change mendukung anak-anak dan orang muda di Sumba untuk bisa mengambil aksi seperti Ribka – berkreasi dan berkolaborasi dalam mengatasi permasalahan di daerah mereka. Ribka merupakan satu dari sekian anak muda yang mau untuk bergerak dan menginspirasi anak-anak dan orang muda untuk bisa berkontribusi demi perubahan yang baik.  

Tentang Program i2Change 

Berdasarkan data studi pemetaan yang dilakukan Save the Children tahun 2022 kepada 250 siswa di enam kecamatan di Sumba Barat, sekitar 55% responden mengakui bahwa mereka memahami isu sosial yang ada di sekitar mereka. Sekitar 77% responden ingin membuat perubahan dan berkontribusi,t etapi mereka takut mendiskusikan ide mereka dengan orang dewasa.  

Untuk mendukung anak dan orang muda dalam mewujudkan aspirasi membuat perubahan, Save the Children menginisiasi Program Inclusive Incubator for Young Changemakers atau i2Change. Program i2Change menyediakan ruang aman bagi anak-anak dan orang muda yang terdampak ketidaksetaraan dan diskriminasi untuk memimpin aksi perubahan dalam menyelesaikan isu-isu sosial di sekitar. 

Pendekatan yang dilakukan pada program ini mengacu pada tiga pilar, yaitu kesempatan yang setara, belajar dan praktik, dan gaungkan suara anak. Dengan meningkatkan kapasitas anak-anak melalui pendekatan tersebut, Save the Children mendorong anak-anak dan orang muda agar mereka menjadi agen pembawa perubahan yang berani memimpin proyek perubahan yang memberikan dampak positif bagi sekitar. Melalui program i2Change, anak-anak dan orang muda di Sumba berhasil memimpin proyek perubahan untuk menyelesaikan isu-isu sosial yang menyita perhatian mereka.

Bagikan Artikel Ini

Skip to content scroll to top button