
Penyediaan ruang aman bagi anak-anak dan orang muda untuk menyampaikan aspirasinya sangat penting dalam upaya pemenuhan hak anak untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Namun, mayoritas anak-anak dan orang muda di Sumba Barat masih merasa takut untuk menyampaikan ide mereka di hadapan orang dewasa. Hasil studi Save the Children tahun 2022 terhadap 250 siswa di enam kecamatan di Sumba Barat menunjukkan bahwa sebanyak 192 atau sekitar 77% siswa ingin membuat perubahan dan berkontribusi terhadap isu sosial di lingkungannya, namun tidak percaya diri untuk mendiskusikan ide yang dimiliki.
“Saat ini ruang untuk pengembangan diri anak muda masih terbatas. Ruang pengembangan anak muda sudah ada namun hanya diakses oleh anak – anak yang tergabung dalam kelompok/komunitas tertentu. Sehingga kebanyakan anak dan orang muda lebih banyak melakukan hal-hal negatif seperti kecanduan game online, konsumsi minuman keras, krisis kepercayaan diri, dan tidak mengenal diri dengan baik,” tutur Riswan (15 tahun).
Sebagai bagian dari peserta program i2Change, Riswan mewakili teman-teman lainnya menyampaikan keresahan terkait kurangnya wadah untuk berkegiatan positif bagi anak-anak dan orang muda, masalah sampah, dan penyakit ternak. Selain Riswan, ada Jendri, Ema, dan Ribka yang menyampaikan kegelisahan mereka terkait Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi bagi remaja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik NTT, jumlah anak dan remaja usia 15-24 tahun di kabupaten Sumba Barat tahun 2022 adalah sejumlah 28,498; namun hanya 990 anak dan remaja usia 15-24 tahun yang menerima penyuluhan terkait kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, dan KB. Hal ini dikonfirmasi saat wawancara tim anak SHIFT ke 20 anak-anak dan orang muda di Sumba Barat menemukan bahwa mereka masih mengalami kesulitan akses informasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi dan isu tersebut masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
“Saya sering penasaran tentang reproduksi dan bagaimana orang bisa hamil, tapi saya malu untuk bertanya dan berdiskusi terkait hal tersebut karena hal tersebut masih tabu dan jarang didiskusikan oleh orang-orang dewasa di sekitar. Saya takut ketika saya berbicara tentang hal tersebut maka saya dianggap membicarakan hal yang tidak senonoh,” ucap Jendri (16 tahun).
Jendri merupakan salah satu anak dari 6 peserta program SHIFT yang tergabung dalam sebuah tim bernama Six Generation. Mereka merasa bahwa saat ini akses informasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi masih terbatas. Informasi tersebut hanya diperoleh di sekolah saat pelajaran biologi. Selain itu, remaja masih sungkan membahasnya karena kesehatan seksual dan reproduksi masih dirasa tabu untuk dibicarakan. Padahal, masih banyak dari mereka yang belum mengerti bagaimana menjaga kesehatan serta kebersihan diri yang berkaitan dengan alat reproduksi. Ema yang merupakan anggota tim Six Generation menyampaikan pengalamannya atas ketidaktauan informasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi.
“Waktu pertama kali saya dapat menstruasi, saya bingung mau buat seperti apa. Orang dewasa selalu bilang kalau sudah menstruasi, tidak boleh dekat-dekat dengan laki-laki nanti bisa hamil. Tapi mereka tidak beritahu bagaimana proses itu bisa terjadi,” ungkap Ema (16 tahun).
Oleh karenanya, Save the Children melalui program i2Change dan SHIFT menyelenggarakan Panggung Suara Anak. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan ruang aman bagi anak-anak dan orang muda dalam menyuarakan isu yang menjadi keresahan mereka dan sebagai ruang untuk menampilkan ide solusi yang telah mereka buat untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada di sekitarnya.
“Melalui inisiasi Panggung Suara Anak ini, kami ingin memastikan bahwa setiap anak yang ada di Sumba Barat, khususnya mereka yang berada di daerah yang sulit akses pendidikan dan informasi mendapatkan kesempatan yang sama dalam meningkatkan potensi yang mereka miliki. Dengan membekali kemampuan abad 21, kami berharap mereka dapat menjadi agen perubahan di komunitasnya di masa depan,” jelas David Walla, Acting Senior Program Implementation Manager Save the Children Indonesia.
Diselenggarakan pada 27 Oktober 2023, acara ini telah menjangkau 250 anak dan orang muda di Kabupaten Sumba Barat. Anak-anak dan orang muda yang tergabung dalam i2Change dan SHIFT diberikan ruang untuk menyampaikan aspirasi dan gagasan ide solusi yang telah mereka implementasikan di hadapan pemerintah dan publik. Tidak hanya itu, mereka juga mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pesan advokasi secara langsung di hadapan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumba Barat, Pemerintah Daerah, Kepala Sekolah, dan komunitas, terkait hak perlindungan anak disitusi krisis iklim dan hak akses infomrasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja. Poin-poin advokasi yang mereka sampaikan antara lain:
- Mempercepat penyusunan peraturan daerah terkait perlindungan anak dan perempuan, dan memastikan Perda tersebut dijalankan dari secara konsisten oleh pemerintah hingga masyarakat;
- Memperkuat sistem pelaporan terkait kekerasan yang sudah ada, menindaklanjuti dengan tegas pelaku kekerasan seksual, serta memberikan keadilan bagi korban kekerasan seksual untuk tetap mendapatkan hak dan perlindungan.
- Melakukan pelatihan terkait Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) yang komprehensif kepada anak, orang muda, orang tua, guru dan masyarakat, serta aparat pemerintah.
- Membuat Peraturan dan standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan sampah rumah tangga dan sanksi bagi pembuangan sampah yang tidak sesuai. Selain itu, pemerintah dapat melakukan sosialisasi dan praktek mengelola sampah menjadi bahan yang bernilai ekonomis dan mengembangkan pupuk organik dari sampah yang ada dan dapat melakukan pengadaan tempat sampah di setiap jalan sesuai standar pelayanan minimum (SPM).
- Melaksanakan Program sosialisasi biosekuriti pencegahan penyakit pada ternak dan pembuatan pakan ternak hemat, pemberian subsidi vitamin dan pemeriksaan kesehatan pada ternak, sehingga dapat membantu mencegah penyakit hewan dan meningkatkan kesejahteraan perekonomian dalam rumah tangga.
- Menyediakan ruang positif bagi Pengembangan Karakter Anak Muda yang dapat diakses oleh siapa saja untuk meningkatkan bakat dan minat anak dan menyebarluaskan informasi tersebut di media sosial maupun sosialisasi ke sekolah. Selain itu, dukungan dari pemerintah untuk memastikan keberlanjutan ruang positif yang sudah ada.
Penyampaian advokasi ini merupakan bentuk dukungan Save the Children dalam mendukung hak partisipasi anak dan hak anak untuk didengar sehingga tersedia ruang aman bagi anak untuk menyalurkan padangan mereka kepada para pemangku kebijakan dan pembuat keputusan. Harapannya panggung Suara Anak di Sumba dapat membantu anak-anak dan orang muda menjadi agen perubahan dalam komunitas dan memberi mereka kesempatan untuk melakukan advokasi terhadap isu-isu yang menjadi perhatian mereka kepada pemerintah.
“Anak-anak bebas bersuara akan pendapatnya, saya senang pendapat saya diterima oleh banyak orang khususnya pemerintah. Saya berharap pemerintah dapat melaksanakan apa yang sudah diusulkan oleh anak Sumba di Panggung Suara Anak,” Eloy, 16 tahun.
Agar aspirasi dan ide solusi perubahan dari anak terdengar lebih luas, Save the Children berkolaborasi dengan public figure Marcel Chandrawinata memberikan dukungan penuh kepada anak untuk terus berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam kesempatan ini, Marcel juga memberikan inspirasi kepada anak-anak dan orang muda Sumba melalui Talkshow ‘Menjadi Agen Perubahan’ serta mengajak masyarakat dan pemerintah untuk bersama-sama memperjuangkan pemenuhan hak-hak anak di Indonesia.
#KabardariSumba #AgenPerubahan #i2Change #SHIFT
Tentang Program SHIFT
Program SHIFT merupakan akselerator kampanye yang dirancang oleh Save the Children yang mendukung aktivis muda (berusia 14-25 tahun) untuk merancang dan menyampaikan kampanye publik yang dapat membawa perubahan sosial di lingkungannya. SHIFT telah diimplementasikan secara global, dan tahun ini diimplementasikan di Indonesia untuk menyuarakan isu yang berkaitan dengan hak anak melalui kampanye.
Tentang Program i2Change
Berdasarkan data studi pemetaan yang dilakukan Save the Children tahun 2022 kepada 250 siswa di 6 kecamatan di Sumba Barat, 55% mengakui bahwa mereka memahami isu sosial yang ada di sekitar mereka dan 77% ingin membuat perubahan dan berkontribusi namun mereka takut mendiskusikan ide mereka dengan orang dewasa.
Untuk mendukung anak dan orang muda dalam mewujudkan aspirasinya membuat perubahan, Save the Children menginisiasi program Inclusive Incubator for Young Changemakers (i2Change). Program i2Change menyediakan ruang aman bagi anak-anak dan orang muda yang terdampak ketidaksetaraan dan diskriminasi untuk memimpin aksi perubahan dalam menyelesaikan isu-isu sosial di sekitarnya.
Pendekatan yang dilakukan pada program ini mengacu pada 3 pilar yaitu Kesempatan yang Setara, Belajar dan Praktik, dan Gaungkan Suara Anak. Dengan meningkatkan kapasitas anak-anak melalui pendekatan ini, Save the Children ingin mendorong anak-anak dan orang muda agar mereka menjadi agen pembawa perubahan yang berani memimpin proyek perubahan yang memberikan dampak positif bagi sekitarnya. Melalui program i2Change, anak-anak dan orang muda di Sumba berhasil memimpin proyek perubahan untuk menyelesaikan isu-isu sosial yang menyita perhatian mereka.