Pasca letusan gunung berapi Lewotobi Laki-Laki pada tanggal 3-4 November 2024, ribuan warga terjebak sementara akibat badai dan pemadaman listrik setempat. Kondisi ini menghambat upaya evakuasi para warga. Ada tiga kecamatan di Kabupaten Flores Timur yang paling parah terdampak. Di antaranya adalah kecamatan Wulanggitang sebanyak 6 desa, Ile Bura sebanyak 4 desa, dan Titehena sebanyak 4 desa.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Flores Timur pada 23 November 2024, sebanyak 13.240 warga dari berbagai desa terpaksa mengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Kelompok rentan di antara para pengungsi ini mencakup 625 bayi dan anak-anak, 48 ibu hamil, 124 ibu menyusui, 20 penyandang disabilitas, dan 1.143 lansia.
Para pengungsi kini tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Flores Timur dan Sikka, dengan lokasi pengungsian utama di Kecamatan Titehena (5.838 jiwa) dan Kabupaten Sikka (3.564 jiwa). Awalnya, mereka ditampung di fasilitas sementara seperti sekolah, gereja, dan barak darurat yang didirikan masyarakat setempat. Namun, meningkatnya intensitas letusan membuat pemerintah memutuskan untuk merelokasi warga ke tempat yang lebih aman, yakni di Lewolaga, Flores Timur (17 km dari pusat bencana) dan Waigete, Sikka (60 km).
Di tengah situasi ini, banyak pengungsi menghadapi kondisi kesehatan yang memprihatinkan. Sejumlah warga dilaporkan menderita penyakit seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat paparan abu vulkanik dan sanitasi yang buruk.
“Selama mengungsi di sini, kami tinggalkan rumah. Nyaman tidak nyaman harus nyaman. Awal-awal itu anak-anak mulai gatal. Mungkin karena air, di sini kami susah air. Terus anak saya kemarin juga sempat batuk. Batuknya itu hanya malam hari. Itu tidak bisa tidur sampai pagi. Saya bawa ke dokter, ternyata anak saya itu infeksi terus ada kuman yang masuk karena abu gunung,” ungkap Ira, salah satu pengungsi mandiri di Kabupaten Flores Timur.
Save the Children Indonesia dan CIS Timor bersama sejumlah organisasi lokal mengambil langkah-langkah signifikan untuk membantu 2.253 jiwa yang termasuk dalam kelompok rentan, termasuk bayi, anak-anak, ibu hamil, dan lansia penyintas letusan Gunung Lewotobi. Salah satu bantuan penting yang telah diberikan adalah distribusi hygiene kits, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dasar kebersihan dan kenyamanan para pengungsi.
Pada 24 November 2024, Save the Children dengan dukungan dari Cargill, perusahaan pangan dan pertanian yang bekerja dengan komunitas petani kakao lokal, menyediakan 110 shelter & hygiene kits sebagai bagian dari respons darurat tahap awal. Paket-paket tersebut telah didistribusikan kepada 110 keluarga di salah satu pengungsian di Kabupaten Flores Timur serta pengungsian mandiri di sekitarnya. Selain itu, tim respons juga mengadakan sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk meningkatkan kesadaran pengungsi tentang pentingnya menjaga kebersihan dalam situasi darurat.
Setiap paket mencakup berbagai kebutuhan, seperti tikar dan selimut untuk memberikan kenyamanan di tempat pengungsian. Lalu ada air minum dalam kemasan juga untuk memenuhi kebutuhan minum dalam situasi darurat. Selain itu, terdapat masker sebagai perlindungan dari abu vulkanik. Perlengkapan kebersihan lainnya, seperti ember, pembalut wanita, sabun mandi, handuk, sikat gigi, pasta gigi, detergen, dan mug, membantu memenuhi kebutuhan sanitasi dan menjaga kebersihan pribadi untuk para pengungsi.
“Terima kasih banyak sudah memberi kami paket kebersihan. Semoga yang lain juga mendengarkan bisa perhatikan kami,” ujar Yerni*.
“Kami bekerja sama dengan CIS Timor, mengambil langkah-langkah signifikan untuk membantu kelompok rentan. Bantuan yang akan diberikan meliputi pendirian tiga ruang kelas darurat di kamp pengungsian, distribusi perlengkapan kebersihan. Lalu, juga pemberian makanan bergizi untuk bayi dan anak. Selain itu, juga terdapat layanan psikososial untuk mendukung anak-anak dalam menghadapi trauma akibat bencana. Serta fasilitas toilet dan air bersih untuk memastikan sanitasi yang memadai,” jelas Wiwied Trisnadi, Senior Humanitarian Manager Save the Children. Ia menjelaskan lebih lanjut rencana aksi Save the Children merespons letusan Gunung Lewotobi ini.
“Ke depan, Save the Children Indonesia akan tetap berupaya memberikan bantuan untuk masa pemulihan dalam sektor pendidikan untuk memastikan bahwa anak-anak tetap mendapatkan pendidikan yang berkualitas, walaupun mereka berada di dalam pengungsian. Termasuk di sektor livelihood untuk memastikan juga bahwa mereka mempunyai mata pencaharian yang baik, agar mereka bisa bertahan di situasi sulit sekarang ini,” tambah Silverius Tasman, Regional Manager Save the Children Indonesia. Saat ini ia dan beberapa tim Save the Children turut membantu para pengungsi di lokasi.
*nama disamarkan untuk melindungi narasumber