Kisah Muqit, Perjalanannya Bangkit Kembali dan Berkarya Melalui Program Kesiapan Kerja 

Cerita Perubahan

Saya ingin bermanfaat bagi orang lain. Tidak menyusahkan orang lain dengan hambatan saya.”

Muqit belajar di kelas bersama teman-temannya

Namanya Muqit (15), salah satu siswa kelas 11 dengan disabilitas daksa di Sekolah Luar Biasa di Jawa Barat. Muqit sadar dengan kondisi tubuh yang ia miliki, namun itu tidak menghentikan ketertarikannya di bidang desain grafis. Meski mengalami kesulitan dalam mengatur pergerakan tangannya, Ia senang bisa berkarya mendesain beragam hal.  

Karya buatannya berhasil menorehkan prestasi untuk sekolah. Di samping itu, ia kini aktif membantu bisnis keluarganya berupa desain untuk pemasaran kopi baik di sosial media maupun di e-commerce. 

(Muqit menjadi juara dalam perlombaan desain)

Perjalanan Muqit untuk menjadi remaja yang aktif dan kreatif tidaklah mudah. Dulu, ia pernah merasa tidak percaya diri dengan kondisinya. Ia adalah anak yang pemalu dan sulit bergaul. Bahkan, Muqit sempat menyampaikan bahwa ia tidak mau berinteraksi dengan orang lain.  

Menyadari kondisi Muqit, guru di sekolahnya menyarankan Muqit untuk mengikuti Program Skills to Succeed (S2S) dari Save the Children. Melalui program ini, Muqit mendapatkan pendampingan dari guru dan staf Yayasan Ibu untuk belajar tentang kesiapan kerja. Selama mengikuti program ini, Muqit mempelajari soft skill berupa pengenalan diri, komunikasi efektif, dan cara mengatasi stres. 

“Melalui program S2S, saya belajar mengenal potensi dan diri saya sendiri. Saya juga belajar untuk mengelola stres,” ungkap Muqit. 

Setelah mengikuti program sejak tahun 2021, Muqit mulai mengenal dan menerima kondisinya. Muqit yang selama ini bersikap tertutup, kini menjadi lebih terbuka dan berani menunjukkan minatnya di bidang desain. Ia kemudian belajar tentang desain grafis dari kakaknya yang berkuliah di jurusan seni. Pelan-pelan, Muqit mulai mencoba untuk belajar mengatur pergerakan tangannya di tetikus komputer. Melihat Muqit yang menemukan semangat, keluarganya mulai memberikan banyak dukungan. Ayahnya merasa sangat terharu dengan perkembangan Muqit dan berusaha memenuhi kebutuhan Muqit sesuai potensinya. 

“Alhamdulillah setelah mengikuti ini, Muqit jadi ketemu lagi semangatnya. Dulu, tidak mau lanjut sekolah sekarang mau dan berusaha nyari buat kuliah. Ada ide-ide baru dari Muqit juga untuk jualan kopi saya. Dia bikin logo baru, bikin juga poster buat pemasaran itu, posting di Instagram dan e-commerce,” urai ayah Muqit.  

Muqit sedang mendesain poster di komputernya

Setelah mendapatkan kepercayaan diri, Muqit juga tergabung dalam kegiatan Youth-led Innovation Lab Inclusive (YIL Inclusive) yang diadakan oleh Save the Children. Dalam kegiatan ini, anak-anak dan orang muda disabilitas dilatih dan didampingi dalam menciptakan ide bisnis ramah lingkungan. Di sini, Muqit menunjukkan kemampuannya dalam berinteraksi dan presentasi di depan umum. Ia tidak malu lagi untuk mengutarakan pendapat dan menunjukkan desain hasil buatannya. 

“Yang pasti rasanya deg-degan karena ketemu banyak orang baru, tapi Muqit senang mengikuti kegiatannya dan juara satu,” ungkap Muqit. 

Melalui Skills to Succeed (S2S), Save the Children bersama Yayasan Ibu mendampingi anak-anak dan orang muda usia 12-24 tahun, termasuk disabilitas, dalam menyiapkan diri menghadapi dunia kerja. Khusus untuk usia 12-16 tahun, para peserta mendapatkan materi tentang pra-kesiapan kerja, di mana mereka belajar tentang mengenal diri dan potensi masing-masing. Program ini juga mendukung para peserta dengan kesempatan untuk mengasah keahlian dan memperluas jaringan supaya sukses dalam menggapai peluang ekonomi baru. 

“Jangan dikucilkan. Tapi, lihat potensi-potensinya. Sebenarnya teman disabilitas juga banyak yang berpotensi bagi negara,” pesan Muqit. 

Teks: Justicia Estetika Maulida
Foto: Save the Children
Skip to content scroll to top button