Diva (7) dan Lionel (7) tinggal di sebuah desa di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Sama seperti anak-anak lain di desa ini, mereka bermain di sekitar rumah setelah pulang sekolah. Lionel senang bermain di bawah rumah panggung tetangganya dan kerap menghabiskan waktu menonton televisi. Diva, meski sering bermain bersama teman-teman di depan rumah, ia banyak menghabiskan waktu untuk belajar di rumah.
Diva lebih rajin belajar karena takut tidak naik kelas seperti sebelumnya. Meskipun tidak naik kelas karena belum mencukupi batas minimal usia, ia tetap sedih karena tidak bisa bersama teman-teman sekelasnya lagi. Diva, yang juga bercita-cita menjadi dokter, giat belajar secara mandiri di rumah dibantu oleh orang tuanya. Sang ibu senang melihat anaknya yang sudah mempunyai semangat dan bercita-cita tinggi. Namun, dia dan suaminya mengalami kesulitan untuk mengajari anak mereka.
Kisah mereka berubah setelah ada kegiatan belajar bersama dari sebuah kelompok anak yang dibentuk oleh kelompok Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM). PATBM adalah gerakan kelompok warga di tingkat desa yang digagas oleh pemerintah nasional.
Di desa tempat Diva dan Lionel tinggal, kelompok PATBM dibentuk dan didampingi oleh Save the Children dan mitra lokal bersama pemerintah desa, sebagai bagian dari program perlindungan anak di sektor agrikultur yang didukung oleh Cargill. Melalui PATBM, warga desa didampingi untuk lebih memahami isu anak, mengidentifikasi persoalan hak anak, dan merujuk atau membantu penanganan masalahnya.
Kelompok anak diaktifkan lagi oleh PATBM sebagai ruang alternatif bagi anak-anak untuk belajar literasi dan menghindarkan mereka dari kenakalan anak dan remaja. Salah satu penggerak utamanya adalah Elmiatika (42) atau akrab disapa Mama Ilo. Mama Ilo juga yang mengajar anak-anak. Kegiatannya dilakukan di rumah Mama Ilo setiap Senin sore. Diva, Lionel dan anak-anak lain belajar membaca, menulis, menggambar, dan bahasa Inggris.
Diva dan ibunya mendengar kabar bahwa Mama Ilo mengajak anak-anak untuk belajar bersama. Diva senang dan langsung berangkat ke rumah Mama Ilo untuk mengikuti kegiatan kelompok anak. Berkat kelompok anak, kekhawatiran ibu Diva tentang kesulitannya mengajari anaknya kini telah berkurang. Dia juga lega karena Diva kembali tersenyum riang dan belajar bersama teman-teman.
“Kelompok anak ini luar biasa, ada perkembangan. Sejak waktu anak saya tidak naik kelas itu, dia suka dan mau belajar membaca. Dia ada bilang, ‘Mamak, kalau tidak ada baca, tidak naik kelas lagi saya nanti.’ Dia takut,” tutur ibu Diva.
Sementara itu, Lionel tahu tentang kelompok anak dari teman-temannya. Neneknya mengizinkan Lionel untuk mengkuti kegiatan belajar kelompok anak. Sang nenek bercerita bahwa kakak Lionel pernah mengikuti kelompok anak semacam ini enam tahun silam.
Nenek Lionel bersyukur karena kini Lionel tidak hanya menghabiskan waktu untuk menonton televisi dan bermain, tetapi juga belajar. Ia bangga melihat Lionel kini telah bisa membaca dan menulis, bahkan menulis karangan pendek. Lionel selalu bersemangat mengikuti kelompok anak dan juga menjadi lebih giat belajar.
“Belajar menulis, membaca, dan menggambar. Sudah bisa baca dan tulis. Paling suka menulis,” ungkap Lionel.
Diva, Lionel dan anak-anak lain di desa mereka kini punya kegiatan alternatif yang positif sepulang sekolah. Save the Children dan mitra lokal juga mendistribusikan bantuan buku bacaan dan buku tulis untuk kelompok anak ini, di samping mendampingi kelompok PATBM untuk melakukan advokasi anggaran dana desa demi keberlanjutan kegiatan PATBM dan kelompok anak.