Kisah Cornelis Ngongo, Sarjana Peternakan yang Mengabdi untuk PAUD Pertama di Desanya

Cerita Penggerak

Cornelis Ngongo (kiri), berpose dengan sesama rekan tenaga pendidik di depan PAUD Pelita.

Cornelis, 28 tahun, paham betul bahwa pendidikan adalah hak dasar setiap anak. Sayangnya, akses pendidikan desanya di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, tidak semudah di wilayah lain. Anak-anak usia dini harus berjalan kaki sejauh 5 km untuk mencapai sekolah terdekat yang berada di desa tetangga. 

Jika hari hujan, anak-anak tidak pergi ke sekolah karena jalur perjalanannya menjadi sangat terjal, licin, dan berlumpur sehingga sulit dilewati. Melihat kondisi ini, Cornelis bersama anggota Kelompok Peduli Anak di desanya mendirikan PAUD sederhana yang ruangannya terbuat dari material bambu di tanah pemberian warga pada tahun 2021. 

“Mereka harus melewati jalan yang terjal dan berbatu menyusuri hutan. Kalau musim hujan, banyak anak-anak tidak masuk sekolah,” jelas pria yang akrab disapa Nelis ini. 

Cornelis sebagai satu-satunya lulusan sarjana di desanya kemudian menawarkan diri menjadi relawan tenaga pendidik PAUD Pelita. Karena lulus dengan gelar sarjana peternakan, ia pun aktif mencari informasi terkait pelatihan tenaga pendidik PAUD yang diselenggarakan oleh Save the Children dan Yayasan Wahana Komunikasi Wanita. 

Cornelis sadar bahwa kemampuannya mendidik masih terbatas saat itu, sehingga perlu meningkatkan kapasitas agar dapat mengajar dengan maksimal. Meskipun Cornelis selalu menjadi satu-satunya peserta laki-laki dalam pelatihan, hal itu tidak menyurutkan tekadnya untuk memajukan kualitas pendidikan di desa. Dia berharap generasi penerus di desanya dapat memiliki masa depan yang lebih baik.  

Bangunan PAUD Pelita. PAUD pertama yang ada di sebuah desa di Kabupaten Sumba Tengah.

“Saya tergerak untuk menjadi guru PAUD karena keadaan lingkungan saya. Di kampung, hanya saya yang menjadi sarjana. Saya berpikir kenapa harus saya sendiri, harus ada juga generasi berikutnya yang jadi sarjana,” tegasnya. 

Kisahnya memperjuangkan pendidikan anak tersebut diawali saat ia menjadi salah satu inisiator yang mendirikan PAUD Pelita bersama dengan Komisi Perlindungan Anak (KPA) Sumba Tengah. Pada tahun 2021, saat Cornelis sedang memasukkan data Sustainable Development Goals (SDG) di kantor desa, ia mendengar perbincangan antara kepala desa dengan kelompok peduli anak tentang rencana program PAUD. 

Hatinya tergerak untuk mengadvokasikan pengadaan dan pembangunan PAUD di dusunnya ke kepala desa. Ada sekitar 16 anak usia dini yang masih menghadapi tantangan jarak dalam mengakses pendidikan. Kepala Desa lalu meminta Cornelis menanyakan ke masyarakat, apakah pemilik lahan setuju memberikan tanahnya secara resmi untuk dibangun menjadi PAUD permanen.  

Tanpa menunggu lama, ia langsung bergegas menyampaikan berita ini ke masyarakat. Ia juga berkoordinasi dengan kelompok peduli anak dan pemerintah desa terkait pendekatan komunikasi mereka dengan pemilik tanah untuk mendapatkan pembebasan lahan. 

Saat itu, diadakan dua kali pertemuan untuk membahas program PAUD. Dalam pertemuan pertama pada 9 Oktober 2021, masyarakat dengan pemerintah desa dan kelompok peduli anak memberikan sosialisasi terkait pentingnya pendidikan dan perlindungan anak. Kegiatan didampingi oleh staf Yayasan Wahana Komunikasi Wanita. 

Pada pertemuan kedua tanggal 6 November 2021, Ledi Soru selaku kepala desa bersama masyarakat dan kelompok peduli anak, berdiskusi terkait pembebasan lahan untuk pembangunan PAUD. Hasilnya, pemilik lahan setuju memberikan tanahnya, dengan catatan hanya digunakan untuk kepentingan publik. Khususnya untuk mendukung masa depan anak-anak di desanya.  

Setelah pembebasan lahan disetujui, masyarakat memilih pengelola dan tenaga pendidik PAUD dan memberi nama PAUD Pelita. Nama ini diusulkan oleh Cornelis dengan alasan Pelita memiliki arti penerang. Ia berharap nantinya PAUD Pelita mampu menjadi pondasi sehingga memberikan terang bagi pendidikan untuk generasi masa depan di kampungnya. 

Pada awal Januari 2022, PAUD Pelita resmi melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan rumah warga sambil mempersiapkan pembangunan PAUD yang didukung oleh Save the Children. Sekarang, anak-anak tidak perlu lagi berjalan jauh untuk menuju ke sekolah.   

Bagian dalam PAUD Pelita yang didukung beberapa alat peraga untuk kelengkapan pembelajaran.
Teks: Metri Wulandari, Susmita Eka Putri, Purba Wirastama
Foto: Metri Wulandari/Save the Children Indonesia
Skip to content scroll to top button