Cinta, Laudia, dan Monica adalah pelajar kelas XII di sebuah SMK di Kabupaten Ketapang. Mereka mengambil kelas kejuruan Akuntansi dan sama-sama memiliki minat dalam bidang kewirausahaan. Sebelumnya, mereka tidak memiliki minat di bidang tersebut. Bahkan mereka mengaku tidak termotivasi untuk belajar. Dua hal yang menarik bagi mereka adalah kegiatan ekstrakurikuler akhir pekan dan organisasi siswa.
Setahun lalu, pada tahun ajaran 2022, kegiatan sekolah mereka dimulai kembali jelang akhir pandemi. Cinta mengaku kegiatan belajar cenderung sepi dan membingungkan. Ia dan kedua temannya bercerita tentang perubahan kurikulum yang membuat mereka bingung, seperti perubahan nama pelajaran dan mata pelajaran baru. Mereka merasa penerapan kurikulum terbaru di sekolah berjalan kurang lancar.
Cinta dan kawan-kawannya bercerita, kebingungan tersebut lantas sirna setelah ada perubahan dari cara guru mengajar. Ini terjadi setelah ada pelatihan dan modul baru yang diberikan oleh tim dari Save the Children.
“Waktu itu dengar, katanya guru-guru dapat pelatihan. Terus pas masuk kelas, mengajarnya kok beda. Jadi lebih seru,” ungkap Cinta.
Save the Children, melalui program Youth, Livelihood, and WASH yang didukung oleh Cargill di Ketapang, Kalimantan Barat, membantu anak-anak pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam menyiapkan diri menghadapi dunia kerja dan wirausaha. Salah satu kegiatannya adalah pelatihan berjenjang bersama guru mengenai bimbingan karier, literasi finansial, kewirausahaan, dan kesiapan kerja. Guru-guru terbantu untuk memberikan pembelajaran yang lebih interaktif. Anak-anak SMK pun mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dalam menyiapkan diri menghadapi dunia kerja.
Selain pelatihan berjenjang atau training of trainer, Save the Children juga memberikan modul untuk keempat tema yang digunakan oleh para guru. Modul-modul ini disusun dengan menyesuaikan kebutuhan dan kurikulum pendidikan terbaru. Modul ini kini menjadi acuan para guru untuk mengajar dengan menyesuaikan kebutuhan di kelas. Ada dua tipe modul per tema, yaitu modul untuk guru dan modul untuk siswa. Modul guru berisi arahan dalam mengajar dan materi pengajaran, sedangkan modul siswa berisi materi dan kegiatan siswa.
“Modul dari Save the Children juga membantu banget (…). Tentang diri sendiri. Tentang lingkungan sekitar. Ada komiknya juga,” ujar Monica
Monica, Cinta, dan Laudia merasa bahwa sesi pelajaran di kelas menjadi lebih interaktif. Laudia bercerita tentang salah satu gurunya yang sering mengajak mereka berdiskusi bersama selama pelajaran. Monica menambahkan dengan cerita dari gurunya yang memberikan hadiah jika berhasil menjawab pertanyaan. Mereka bertiga senang dengan perubahan ini dan merasa bahwa pelajaran di kelas menjadi lebih hidup.
Selain itu, mereka juga menyukai modul yang diberikan oleh guru mereka. Dari keempat modul tersebut, mereka paling suka modul kewirausahaan. Modul kewirausahaan tidak hanya berisi tentang materi berwirausaha, tetapi juga tentang meningkatkan kesadaran diri sendiri (self-awareness) sehingga sangat membantu pengembangan diri mereka.
“Kewirausahaan itu jadi seru banget kelasnya. Kalau ngantuk, gurunya kasih kuis, terus nanti kasih hadiah. Dapat buku, pensil, atau bolpen,” tutur Laudia.
Cinta dan kedua temannya merasa lebih termotivasi setelah mempelajari modul dan belajar di kelas dengan metode baru. Laudia merasa kewirausahaan adalah bidang yang tepat untuknya dan berencana untuk terus menekuni bidang ini setelah selesai sekolah. Sementara itu, Cinta dan Monica berencana untuk melanjutkan jenjang perkuliahan.
“Senang dan bersyukur dengan modul-modulnya, sangat membantu banget,” ujar Cinta.
Apa yang kini telah didapatkan Cinta, Laudia, dan Monica melalui guru-guru mereka adalah upaya kecil program ini untuk berkontribusi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siap kerja kepada murid-murid sekolah vokasi di Ketapang.