
Aisa (33) adalah ibu dari dua anak perempuan di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Anak pertamanya, SM* (12), mengidap disabilitas rungu sejak lahir dan lumpuh total sejak usia 9 tahun. Sementara anak keduanya berusia 2 tahun.
Pendapatan keluarga Aisa hanya bersumber dari suami yang bekerja sebagai tukang kebun lepas. Penghasilan ini tidak tetap jumlahnya karena sang suami tidak selalu mendapatkan pekerjaan setiap hari. Apalagi dalam situasi pandemi COVID-19.
“Sempat seret. Bapaknya kadang ada kerjaan, kadang nggak. Dulu manen sawit, sekarang ngurus kebun orang. Buruh gitu lah,” tutur Aisa.
Hal ini membuat Aisa dan keluarga sempat kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sembari mengasuh SM. Meski demikian, Aisa tetap mencoba berbagai pengobatan untuk SM. Sayangnya, kondisi SM tidak membaik dan hanya bisa berbaring tanpa mampu melakukan aktivitas apapun.
Save the Children Indonesia melalui Program Respons COVID-19, bekerja sama dengan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) dan beberapa pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah), memberikan dukungan pengembangan usaha kepada keluarga dengan anak disabilitas yang menghadapi masalah ekonomi di kala pandemi COVID-19.
Aisa mendapatkan pelatihan terkait bisnisnya, baik dalam membentuk rancangan bisnis maupun strategi pemasaran. Dia juga mendapatkan bantuan modal usaha untuk mengembangkan bisnis alternatif. Ini adalah dukungan lanjutan, setelah keluarga Aisa mendapatkan bantuan nontunai multiguna pada tahun 2022.

Aisa berkata, “Modal awal yang dikasih Rp 2 juta, langsung dibelikan alat-alat dan beli bahan seperti pisang, bawang, putih minyak. Nenek (ibu dari Aisa) juga ikut bantu goreng, saya yang masukin ke plastik. Setengah hari bisa kami buat itu. Capek, tapi ya senang, semangat gitu, karena ada kesibukan.”
Aisa mengembangkan usaha kecil untuk produksi dan berjualan keripik pisang. Dari situ, ia mendapatkan pemasukan sekitar Rp 50 ribu per minggu, yang ia gunakan untuk membeli kebutuhan popok dan susu bagi SM yang hanya bisa berbaring.
“Alhamdulilah kebantu sedikit-sedikit. Ya, sebelumnya ngandelin gaji bapaknya dan cuma sedikit. Sekarang alhamdulilah ada (usaha). Popok teteh (merujuk ke SM, panggilan untuk kakak perempuan dalam bahasa Sunda) sempat lancar, susu lancar. Itulah kebutuhan teteh yang diutamakan,” ucap Aisa.
Namun pada bulan Mei 2023 lalu, SM telah berpulang karena kondisinya yang kritis. Meski demikian, usaha keripik pisang yang Aisa bangun tetap ia lanjutkan. Bantuan modal dari Program Respons COVID-19 ini telah membantu keluarga Aisa dan banyak keluarga lain untuk meningkatkan pendapatan ekonomi mereka.
Kini, ia menggunakan penghasilan tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membeli beras & membayar air serta listrik secara rutin. Aisa juga dapat memenuhi keperluan anak keduanya.