
Ferdi (13) dan Raisa (13) adalah murid kelas 1 SMP di Cianjur, Jawa Barat. Dalam gempa pada November 2022 lalu, banyak bangunan di Cianjur rusak, termasuk sekolah mereka. Akibatnya, Ferdi, Raisa, dan teman-teman mereka harus melanjutkan sekolah di tenda darurat yang diberikan oleh Save the Children sembari menunggu sekolah mereka rampung dibangun.
Namun beberapa bulan setelah digunakan, tenda ini rusak setelah terkena hujan lebat dan angin kencang. Menurut Nanang (56) sang kepala sekolah, pihak sekolah berinisiatif membuat tenda sendiri. Dalam prosesnya, murid-murid sempat belajar secara daring selama sekitar satu pekan. Ferdi dan Raisa bercerita bahwa udara di tenda terkadang terasa panas dan ada bau yang mengganggu konsentrasi mereka.
“Karena ini letaknya di bawah, lalu saat itu ada hujan besar dan angin ribut, akhirnya rusak tenda nya dan tidak dipakai lagi karena besinya patah. Makanya, (kami berinisiatif) buat tenda biasa. Keluhan anak-anak, ya, tenda ini panas karena memang tidak nyaman sirkulasi udaranya, sehingga kami batasi tidak sampai siang hanya dari 07.00 – 11.30, 6 jam pelajaran sehari. Ketika sudah mulai panas anak-anak sudah bisa pulang. Kenyamanan anak-anak itu diutamakan lah karena memang belajar di tempat darurat,” jelas Nanang.
Save the Children Indonesia berupaya untuk terus mendukung pemulihan kehidupan anak-anak yang terdampak gempa di Cianjur. Untuk merespons situasi baru ini, Save the Children mendistribusikan bantuan lanjutan berupa tiga unit gazebo sebagai ruang belajar sementara, pengganti tenda darurat yang sempat rusak. Pemberian gazebo ini diharapkan dapat membantu guru dan murid-murid melanjutkan kegiatan belajar mengajar mereka dalam ruangan sementara yang lebih kokoh dengan daya tampung lebih luas.
Sebelumnya, sejak gempa bumi yang melanda Cianjur November 2022 lalu, Save the Children terus membantu memulihkan kehidupan anak-anak di Cianjur dengan mengadakan kegiatan Psychosocial Support Activity (PSS) dan membangun Temporary Learning Shelters (TLS) berupa tenda dan gazebo sebagai kelas belajar. Bantuan diperuntukkan kepada beberapa sekolah tingkat dasar dan menengah pertama di Cianjur.
Pembangunan TLS ini diharapkan dapat membantu sekolah terdampak gempa untuk tetap melanjutkan kegiatan belajar-mengajar mereka sembari menunggu proses pembangunan sekolah.
“Ketika gazebo datang, alhamdulilah, boleh dilihat sendiri mereka lebih leluasa, karena memang lebih luas, sirkulasi udaranya lebih enak, juga lebih artistik kelihatannya,” jelas Nanang.

Ferdi dan Raisa mengaku senang dengan adanya gazebo baru untuk sekolah mereka. Belajar di gazebo terasa lebih sejuk, tidak ada bau, dan mempermudah mereka untuk berkonsentrasi. Nanang selaku kepala sekolah juga bercerita bahwa murid-murid dan para guru terlihat sangat senang ketika gazebo datang. Mereka berkata gazebo ini melebihi ekspektasi mereka.
“Senang (belajar di gazebo) karena tidak terlalu berisik dan adem,” ujar Ferdi.
“Lebih nyaman di gazebo, enak, lebih ada udara, belajar juga jadi konsentrasi,” sebut Raisa menambahkan.
Murid-murid juga terlihat lebih nyaman belajar di gazebo. Sirkulasi udara yang baik dan ukuran gazebo yang cukup luas mendukung suasana belajar mengajar lebih kondusif. Penggunaan gazebo dilakukan secara bergilir untuk setiap kelasnya karena jumlah siswa yang cukup banyak. Gazebo pun tak hanya digunakan untuk murid-murid, namun juga bagi para guru untuk berdiskusi dan rapat. Kini, Ferdi, Raisa, guru, dan teman-temannya yang lain dapat tetap melanjutkan proses belajar-mengajar sembari menunggu gedung sekolah permanen mereka selesai dibangun.
