Impian Annisa membangun jamban terwujud berkat gotong royong keluarga melalui VSLA.
Annisa adalah salah satu warga desa di Kabupaten Ketapang yang telah berpengalaman mengelola usaha simpan pinjam. Dia dipercaya oleh teman-temannya untuk menjadi ketua kelompok simpan pinjam di desa atau VSLA (Village Savings and Loan Association). Kelompok ini didampingi oleh Save the Children dan Gapemasda dalam program pemberdayaan yang didukung oleh Cargill.
VSLA adalah sebuah model penyelenggaraan kelompok simpan pinjam yang dikelola dan dimodali secara mandiri oleh anggotanya. Setiap kelompok terdiri dari 10-25 orang yang menabung bersama-sama melalui pembelian lot.
Sebelum ada VSLA, mereka telah mengenal dan menjalankan mekanisme simpan pinjam uang lewat kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Annisa pula yang mengelola kegiatan simpan pinjam PKK ini sejak tahun 2017.
“Karena ketika disuruh memilih ketua pun, orang masih mempercayakan kepada saya,” kata Annisa.
Kelompok VSLA ini dibentuk pada tahun 2022 dengan anggota 20 orang. Pada tahun kedua, anggotanya bertambah 10 orang karena banyak peminat, meskipun ketentuannya tidak boleh melebihi 25 orang. Menurut Annisa, anggota kelompok memutuskan tidak memecah kelompok karena semua anggota percaya padanya sebagai pemimpin.
Kelompok ini mengadakan pertemuan bulanan setiap tanggal 15 untuk tiga kegiatan sekaligus, yaitu VSLA, simpan pinjam PKK, dan arisan. Kelompok ini menabung melalui VSLA dengan kesepakatan nilai lot Rp25 ribu pada tahun 2023. Menurut Annisa, total nilai tabungan kelompok saat ini mencapai sekitar Rp 9 juta. Setiap anggota didorong untuk meminjam dari VSLA dengan pengembalian maksimal 3 bulan. Peminjam dapat meminjam kembali setelah melunasi pinjaman mereka.
Tim program mendorong kelompok VSLA untuk menggunakan tabungan dan pinjaman mereka untuk kebutuhan penting, seperti pendidikan, kesehatan, pengembangan usaha, dan juga sanitasi. Jamwati misalnya, meminjam dari VSLA untuk keperluan pendidikan anaknya. Dia memilih meminjam dari VSLA karena hanya menunggu 3 bulan untuk mengakses pinjaman, dibandingkan melalui Simpan Pinjam PKK.
Data program per bulan Juli 2023 juga menemukan bahwa dari 74 kali peminjaman, 19 di antaranya untuk pendidikan. Selain pendidikan, anggota juga meminjam untuk kebutuhan sanitasi, misalnya, membangun dan memperbaiki kloset. Penggunaan pinjaman VSLA untuk sanitasi hanya 2 kali transaksi, termasuk oleh Annisa.
Menurut perhitungan Annisa, kebutuhan untuk membangun jamban dengan septik tank sekitar Rp5 juta. Akhirnya Annisa meminjam secara bertahap agar tidak kesulitan mengembalikan dalam tiga bulan.
“Banyak Bu, tapi kami ‘kan sececap (sedikit demi sedikit), tidak sekaligus. Kami pinjam 1 juta untuk beli apa dulu, lunasi dalam 3 bulan, lalu pinjam lagi,” katanya tersenyum. Berdasarkan catatan tim program, Annisa telah meminjam dari VSLA sebesar Rp900 ribu.
Selama ini, Annisa dan warga lain mengandalkan jamban cemplung di sungai. Sebagai ketua kelompok, Annisa mengaku malu jika tidak memiliki jamban septik tank sendiri.
“Saya itu kan, jadi ketua VSLA, masak nggak punya WC. Begitu kan?” katanya sembari tertawa kecil.
Selama puluhan tahun, Annisa dan keluarganya mengandalkan jamban cemplung di sungai. Namun, hal itu sudah berlalu. Bulan September 2023, jamban impiannya terwujud sudah.
Pencapaian tersebut tidak lepas dari dukungan keluarganya. Suami Annisa membantu secara finansial. Anak perempuannya, yang juga anggota VSLA, membantunya dengan pinjaman dari VSLA. Hal itu disebabkan Annisa masih harus mengangsur pinjaman pertamanya. Begitu lunas, Annisa meminjam lagi dari VSLA sebesar Rp1,5 juta. Perjuangan keluarga Annisa pun kini berbuah hasil. Jamban yang layak, dalam waktu hanya sekitar 4 bulan, pun berdiri di rumah keluarga Annisa.
“Tinggal lantainya yang belum diberi keramik. Juga, kami belum membeli tandon,” ujar Annisa.
Perjalanan Annisa bersama VSLA ibarat mercusuar perubahan. Dari pembentukan hingga pertumbuhan kelompok, ia mampu menyatukan keluarga dan warga. Didukung oleh program, pinjaman dari kelompok ini membantu masyarakat memenuhi kebutuhan dasar, termasuk sanitasi. Kisah Annisa dan kelompoknya menunjukkan dukungan keuangan yang tampaknya sederhana sekalipun, bisa berdampak. Kisah ini adalah satu di antara banyak kisah lain yang mengungkap peran VSLA dalam mewujudkan impian dan memberdayakan masyarakat. •